Berita

Yeo Jun Wei atau Dickson Yeo/Net

Dunia

Di Pengadilan AS, Warga Singapura Mengaku Bersalah Jadi Intel China

MINGGU, 26 JULI 2020 | 07:44 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Yeo Jun Wei atau Dickson Yeo mengaku bersalah karena telah mengumpulkan berbagai informasi di Amerika Serikat (AS) untuk diberikan kepada intelijen China.

Yeo mengaku telah bekerja untuk intelijen China sejak 2015 hingga 2019. Ia bertugas untuk mencari orang Amerika yang memiliki akses ke informasi rahasia yang berharga, seperti halnya anggota militer dan pejabat pemerintah dengan izin keamanan tingkat tinggi.

Ia mengatakan, laporan pekerjaan yang ia kerjakan seolah-olah dikirim ke kliennya di Asia, namun ternyata ke pemerintah China. Ia juga sadar telah bekerja dengan intelijen China, bertemu dengan mereka puluhan kali, dan diberikan perlakuan khusus ketika bepergian ke negeri Tirai Bambu tersebut.


Pengakuan Yeo tersebut diungkap dalam pernyataan Departemen Kehakiman AS pada Jumat (24/7). Yeo juga mengajukan pembelaan di pengadilan federal Washington untuk satu tuduhan lain, yaitu beroperasi secara ilegal sebagai agen asing.

Pembelaan Yeo sendiri disampaikan lima minggu setelah dakwaan disegel, di mana ia dituduh menjadi agen pemerintah asing secara ilegal.

Yeo diketahui direkrut oleh intelijen China ketika berada di Universitas Nasional Singapura pada 2015. Ia meneliti dan menulis mengenai Belt and Road Initiatives (BRI) yang digunakan China untuk memperluas jaringan komersial globalnya.

Penugasan awal Yeo menargetkan negara-negara Asia, tetapi kemudian berfokus pada AS.

Dari halaman LinkedIn-nya, Yeo bekerja sebagai analis risiko politik yang berfokus pada China dan negara-negara ASEAN. Di sana, ia mengatakan menjembatani Amerika Autara dnegan Beijing, Tokyo, dan Asia Tenggara.

Pengadilan mengatakan, Yeo diarahkan oleh intelijen China untuk membuka perusahaan konsultan palsu dan menawarkan pekerjaan.

Bisnis palsu tersebut juga memakai nama yang sama dnegan perusahaan konsultan terkemuka AS. Yeo menerima lebih dari 400 resume, 90 persen di antaranya berasal dari militer AS atau personel pemerintah dengan izin keamanan.

Yeo kemudian memberikan resume yang "menarik" kepada pemerintah China.

Ia mengatakan telah merekrut sejumlah orang untuk bekerja dengannya, menargetkan mereka yang mengaku kesulitan keuangan.

Mereka termasuk seorang warga sipil yang bekerja pada proyek pesawat tempur siluman F-35B, seorang perwira militer Pentagon dengan pengalaman di Afghanistan, dan seorang pejabat Departemen Luar Negeri. Mereka semua dibayar sebanyak 2.000 dolar AS untuk menulis laporan untuk Yeo.

"Atas arahan agen intelijen China, terdakwa menargetkan pegawai pemerintah AS dan seorang perwira Angkatan Darat untuk memperoleh informasi bagi pemerintah China," terang Asisten Direktur Kontra-Intelijen FBI, Alan Kohler.

"Tapi ini bukan hanya tentang terdakwa khusus ini. Kasus ini adalah satu lagi pengingat bahwa China tak kenal lelah dalam mengejar teknologi AS dan informasi kebijakan untuk memajukan kepentingannya sendiri," sambungnya.

Yeo ditangkap setelah terbang ke AS pada November 2019. Saat ini, ia menghadapi hukuman 10 tahun penjara yang dimulai pada 9 Oktober 2020.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya