Berita

Ilustrasi tsunami aceh/Net

Nusantara

Mengenang 15 Tahun Tsunami Aceh, Coba Kita Bertanya Pada Rumput Yang Bergoyang

KAMIS, 26 DESEMBER 2019 | 11:55 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Bangsa Indonesia mengenang tanggal 26 Desember sebagai hari yang sangat memilukan. Khususnya yang dirasakan masyarakat Aceh.

Pada 15 tahun lalu, tepatnya pukul 07.59 WIB 26 Desember 2004, Aceh diguncang gempa berkekuatan magnitudo 9,1 sampai 9,3 selama 10 menit. Gempa besar ini disusul dengan bencana Tsunami yang sangat dahsyat.

Ketinggian tsunami kala itu disebut mencapai 30 meter. Namun khusus di Lhoknga, Aceh Besar, air laut naik menyapu daratan hingga setinggi sekitar 51 meter.


Gempa bumi dengan magnitudo 9,1 di Samudra Hindia merupakan gempa bumi terbesar ketiga di dunia sejak 1900. Gempa bumi terbesar pertama terjadi di Valdivia, Chile (22 Mei 1960) dengan magnitudo 9,5 dan terbesar kedua adalah gempa bumi di Prince William Sound, Alaska (28 Maret 1964) dengan magnitudo 9,2.

Semua gempa bumi megathrust tersebut memicu kemunculan tsunami yang merusak. Namun, kerusakan akibat tsunami setinggi 30 meter pada 26 Desember 2004 lebih besar dan luas.

Gempa bumi tersebut tak hanya terasa di Banda Aceh, Meulaboh, juga Medan. Tapi juga di beberapa bagian Bangladesh, India, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Singapura, Sri Lanka dan Thailand.

Jumlah korban tewas mencapai 286.000 orang dari 14 negara yang terkena tsunami. Indonesia yang paling banyak korban, sekitar 170.000 orang tewas dan 50.000 dinyatakan hilang.

Akibat gempa yang disusul tsunami tersebut Aceh pun mengalami porak poranda. Banyak hunian rumah, rumah ibadah, dan fasilitas publik yang luluh lantah.

Waktu berlalu, Aceh pun kini telah berbenah. Peristiwa menyedihkan 15 tahun lalu adalah sejarah kelam yang harus dijadikan sebuah renungan dan pembelajaran bahwa manusia adalah hamba yang lemah. Dan hanya kepada Tuhan yang maha Esa-lah kita menyembah dan memohon pertolongan.

Ebit G. Ade dalam lagu 'Berita Kepada Kawan' menuliskan lirik yang penuh makna:

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang


Semoga kejadian serupa tidak kembali terulang di bumi Ibu Pertiwi. Hanya kepada Tuhan lah kita kembali.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya