Berita

PISPI/RMOL

Hukum

PISPI: Jokowi Harus Investigasi Data Pangan Dan Komisi di Balik Impor Beras

JUMAT, 19 JANUARI 2018 | 21:36 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Pangkal dari polemik impor beras yang muncul di awal tahun ini adalah kepentingan terselubung sekelompok orang yang berharap dapat komisi jutaan dolar AS dari impor tersebut.

Ketua Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (BPP PISPI) Kamhar Lakumani menjelaskan bahwa polemik yang muncul mulai dari Permendag tentang impor beras yang selanjutnya mengembalikan kewenangan impor beras dari PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) kepada Bulog hingga perubahan jenis beras khusus menjadi beras medium, sebenarnya hanya sebagai pengalihan isu dan akal-akalan.

“Semua itu dilakukan untuk mengaburkan substansi persoalan dan kepentingan terselubung di balik itu, yaitu komisi impor beras jutaan dolar AS,” terangnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (19/1).


Menurutnya, impor beras itu juga hanya akal-akalan meraup untung saja. Sebab, beradasarkan data yang diterima PISPI, persediaan beras masih memadai. Terlebih Bulog masih memiliki persedian beras di gudang sebesar 800 hingga 900 ribu ton untuk menstabilkan harga beras sampai pertengahan Februari ketika awal masa panen raya padi terjadi.

“Karena itus secara tegas PISPI juga menolak impor beras, yang justru akan berdampak pada penurunan harga gabah dan beras petani di saat musim panen pada bulan Februari-April 2018,” tegasnya.

Lebih lanjut, Kamhar menilai bahwa polemik impor beras ini merupakan gambaran telah terjadi miskoordinasi di internal pemerintah. Satu sisi Menteri Pertanian mengklaim bahwa Indonesia pada tahun 2017 surplus beras sehingga tidak perlu Impor. Di sisi lain Menteri Perdagangan menyatakan bahwa stok beras menipis yang menyebabkan harga naik sehingga harus impor.

Untuk itu, PISPI meminta agar Presiden Jokowi menegur dan mengevaluasi menteri yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat tersebut.

Agar insiden ini tidak terulang kembali, PISPI mendesak Presiden Jokowi untuk melakukan investigasi dan pembenahan data pangan.

“Termasuk meminta satgas pangan, KPPU, dan KPK membongkar adanya dugaan mafia pangan dan pemburu komisi dalam keputusan impor beras,” tutup Kamhar.  [san]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya