Berita

Politik

Tolak Pilkada Dipilih DPRD, Jumhur Galang Aktivis Gerakan dan Buruh

MINGGU, 07 SEPTEMBER 2014 | 20:17 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) oleh DPRD kini terus bergulir. DPR diyakini bisa mensahkan sebelum masa jabatan anggota dewan periode 2009-2014 berakhir.

Namun saat ini, RUU tersebut mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan termasuk para aktivis. Penyebabnya, pemilihan kepala daerah secara tidak langsung dan diwakilkan kepada DPRD dianggap telah mencederai hak-hak politik rakyat dan cita-cita reformasi.

“Kami para aktivis dari berbagai elemen dan buruh menolak keras RUU yang mencederai rakyat dan cita-cita reformasi yang telah ditebus dengan darah dan air mata para pahlawan reformasi, ” kata aktivis dan pegiat demokrasi, Moh Jumhur Hidayat dalam prolog perlawanan rakyat di Taman Ismail Marzuki, Cikini,  Jakarta, Minggu (7/9).


Menurut Jumhur, gerakan yang sedang digagas dan dimatangkan ini adalah untuk menyadarkan, bahwa bila RUU itu disahkan maka konsekuensinya adalah, bakal tumbuh subur seperti jamur di musim hujan, berbagai praktik korupsi, politik uang. Serta yang bisa mencalonkan Kepala Daerah hanyalah kaum berduit saja.

“Jika RUU pemilihan kepala daerah oleh DPRD disahkan, sama saja kita akan kembali kepada zaman jahiliyah dan sarat korupsi dan segala tindak yang merugikan kepentingan rakyat, ” tandasnya.

Saat ini, pilkada langsung dianggap meneguhkan kedaulatan rakyat dan menguatkan demokrasi. Jika ada dampak negatif, masih bisa dibenahi dan menjadi tanggungjawab kita semua untuk memperbaikinya. Bila politik uang masih terjadi, bisa dibuatkan sistem penataan pemilu menyeluruh.

“Intinya, pilkada langsung memberi peluang munculnya pemimpin yang baik dan berkualitas,” ujarnya.

Seharusnya DPR sekarang menghormati perjuangan bangsa yang sepakat menggunakan pemilu langsung. Argumentasi bahwa pilkada langsung menimbulkan konflik horizontal, sangat tidak tepat. Sebab, jumlah korban akibat konflik horizontal terus berkurang.

"Itu alasan yang tidak rasional dan tidak ada argumentasi. Justru akan mengkhianati rakyat itu sendiri dan hanya menguntungkan segelintir elit semata. Tapi gerakan yang sedang digagas murni, tidak ada kaitannya dengan pemilu presiden dan pihak tertentu, ” akunya.

Pilkada tidak langsung merupakan kemunduran demokrasi. Pengusung sangat subjektif dan menghina rakyat karena dituding sebagai alasan ongkos politik mahal. Ongkos pilkada menjadi mahal disebabkan mental dan watak serakah politikus.
Selama ini, pemilihan langsung masih terjadi banyak kekurangan, menurutnya pemilihan langsung oleh rakyat penting untuk dipertahankan. Demokrasi Indonesia menurutnya membutuhkan pemilihan secara langsung.

“Pergerakan rakyat akan segera melakukan konsolidasi ke daerah-daerah untuk melakukan aksi unjuk rasa menolak RUU tersebut disahkan. Sekarang bukan saatnya diskusi, tapi aksi turun ke jalan dengan masif, ” seru Jumhur yang langsung disambut dengan yel-yel dukungan.

Turut hadir dalam prolog pergerakan rakyat menolak RUU tersebut, di antaranya Serikat Pekerja Nasional (SPN), Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Mahasiswa dan pegiat demokrasi, serta Relawan Jkw-Jk maupun Relawan Prabowo-Hatta. [did] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya