Seperti dimuat
Japan Today, Jumat (29/9), hal tersebut diumumkan Kepala Meta, Mark Zuckerberg, dalam acara Connect, konferensi pengembang tahunan yang diadakan di kantor pusat Meta di Silicon Valley.
“Kemajuan dalam AI memungkinkan kita menciptakan (aplikasi) dan persona berbeda yang membantu kita mencapai berbagai hal. Dan kacamata pintar pada akhirnya akan memungkinkan kita menyatukan semua ini menjadi sebuah faktor bentuk penuh gaya yang bisa kita pakai," kata Zuckerberg saat memulai pertemuan pada Rabu (27/9).
Dalam acara tersebut, Zuckerberg memperkenalkan kacamata pintar Meta Ray-Ban generasi kedua, yang dikembangkan bersama EssilorLuxottica. Kacamata pintar ini akan tersedia dengan harga mulai dari 299 dolar (Rp 4,6 juta), yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 17 Oktober.
Selain sebagai aksesori gaya, kacamata ini disebut dapat menambah kemampuan pengguna untuk melakukan streaming konten secara real-time, dengan membuka pintu bagi asisten AI untuk mengamati dan mendengarkan lingkungan apa yang dilihat oleh pengguna.
“Kacamata pintar adalah faktor bentuk ideal bagi Anda untuk memungkinkan asisten AI melihat apa yang Anda lihat dan mendengar apa yang Anda dengar," jelas Zuckerberg.
Acara ini merupakan edisi Connect tatap muka pertama sejak 2019, sebelum pandemi, dengan pengumuman mengenai AI generatif telah ditunggu-tunggu sejak lama.
Meta sendiri telah mengambil pendekatan yang jauh lebih hati-hati dibandingkan pesaingnya Microsoft, OpenAI, dan Google dalam meluncurkan produk AI, karena perusahaan itu memprioritaskan langkah-langkah kecil, dan menyediakan model internalnya bagi pengembang dan peneliti.
Selain kacamata, dalam konferensi itu Meta juga memperkenalkan versi terbaru dari headset realitas virtual Quest, dengan perbaikan signifikan dalam grafis dan audio.
Headset Quest 3 yang diluncurkan akan dijual dengan harga mulai dari 499 dolar (Rp 7,7 juta), yang lebih terjangkau dibandingkan dengan pesaingnya seperti Vision Pro milik Apple yang dihargai lebih tinggi.
BERITA TERKAIT: