Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengelolaan SDA, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial

Oleh: Siti Mimah Rohimah*

Kamis, 09 Januari 2025, 20:44 WIB
Pengelolaan SDA, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial
Ilustrasi/RMOL
SUMBER Daya Alam (SDA) merupakan sebuah karunia yang memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, jika dikelola dengan cara yang kurang tepat, hal ini dapat menimbulkan efek negatif, seperti memperbesar kesenjangan sosial dan meningkatkan angka kemiskinan. Masalah ini telah menjadi perhatian para peneliti khususnya yang berkaitan dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA). 

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Surya et. al. (2020), bertujuan untuk mengevaluasi dampak permukiman kumuh, tingkat kemiskinan, dan perilaku masyarakat terhadap degradasi lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tallo, Kota Makassar. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan kualitas lingkungan di DAS Tallo, dengan koefisien determinasi sebesar 32,2 persen sehingga berdampak nyata pada peningkatan kemiskinan di daerah padat penduduk sekitar aliran sungai tersebut.

Tidak hanya di Indonesia, di negara berkembang lainnya seperti Ethiopia juga mengalami hal yang sama. Kondisi SDA di sana dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, termasuk tekanan populasi, perluasan area pertanian, urbanisasi yang cepat, migrasi, perubahan iklim, dan pencemaran lingkungan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan berakibat serius pada SDA seperti lahan, air, hutan dan satwa liar yang saling memengaruhi dan saling memperburuk kemiskinan, ketidakstabilan politik dan bencana alam. Pemerintah Ethiopia telah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi tantangan ini, termasuk kampanye konservasi tanah dan air serta program reboisasi. Namun, hingga saat ini, keberhasilan dari upaya tersebut masih relatif terbatas (Wassie, 2020).

Permasalahan lainnya terjadi juga di Nigeria. Onyena dan Kabari (2020) melaporkan bahwa di pesisir Delta Niger, mangrove begitu penting sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Meskipun memiliki manfaat besar, mangrove terus mengalami penurunan di wilayah tersebut. Penyebab utama kerusakan ini adalah aktivitas manusia, seperti eksploitasi berlebihan, tumpahan minyak dan eksplorasi minyak mentah. Aktivitas-aktivitas tersebut merusak mata pencaharian masyarakat, menghambat upaya mitigasi perubahan iklim, dan melemahkan stabilitas ekosistem pesisir. Hal ini menyebabkan kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat setempat semakin tinggi.
 
Eksploitasi yang berlebihan terhadap SDA terbukti memperburuk kemiskinan di kalangan masyarakat. Begitupun sebaliknya, kemiskinan mendorong masyarakat untuk bergantung penuh terhadap SDA tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya. Hal ini berdampak secara langsung terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan yang dapat memperburuk kondisi dan keadaan. Perlu adanya kebijakan terkait permasalahan ini dengan tujuan untuk mengurangi tekanan terhadap SDA melalui pemberdayaan masyarakat miskin, meningkatkan akses kesehatan dan sanitasi yang layak di wilayah rentan serta membangun kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Adapun beberapa usulan kebijakan yang diharapkan mampu menanggulangi permasalahan tersebut di antaranya:

Peningkatan Edukasi dan Kesadaran Kesehatan Berbasis Lingkungan

Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang dampak negatif pencemaran dan kerusakan SDA terhadap kesehatan, seperti risiko terpapar logam berat atau penyakit yang berasal dari hewan (zoonosis). Selain itu, pentingnya juga untuk mengajarkan cara menggunakan SDA secara bijak dan berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Menurut Prayogo et. al. (2024), membangun ekosistem pendidikan lingkungan yang holistik dan terintegrasi membutuhkan penguatan kolaborasi antara pemerintah, lembaga akademik, organisasi non-pemerintah (LSM) dan sektor swasta. Meskipun pendidikan lingkungan di Indonesia telah menunjukkan kemajuan, masih ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Langkah-langkah tambahan diperlukan untuk meningkatkan aksesibilitas, menerapkan regulasi yang lebih efektif, serta mempererat kerja sama dengan para pemangku kepentingan guna membentuk masyarakat yang memiliki tingkat literasi lingkungan yang tinggi.

Diversifikasi Pendapatan Berbasis Konservasi

Pengembangan penghasilan alternatif melalui inisiasi kegiatan berbasis konservasi seperti ekowisata, pengelolaan hasil hutan non-kayu serta budi daya tanaman obat dengan nilai biomedis tinggi contohnya jamu. Hal ini diperkuat dengan hasil studi yang dilakukan oleh Fayiah et. al. pada tahun 2024, penelitian mereka mengungkapkan bahwa jamu memiliki peran penting dan strategis dalam mendukung pembangunan berkelanjutan masyarakat lokal melalui penguatan sistem kesehatan. Diharapkan kolaborasi yang lebih intensif dapat terjalin antara tenaga kesehatan modern dan praktisi herbal tradisional di negara-negara berkembang untuk menuntaskan kemiskinan melalui konservasi yang berkelanjutan.Selain itu, mendukung usaha kecil berbasis SDA yang ramah lingkungan juga penting dengan menekankan penggunaan teknologi sederhana yang efisien dan berkelanjutan.
 
Peningkatan Infrastruktur Kesehatan dan Lingkungan

Penyediaan air bersih dan sanitasi dengan cara membangun fasilitas untuk mengurangi dampak kesehatan yang diakibatkan oleh eksploitasi SDA serta mengajak masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan, pemulihan lahan kritis, dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.

Pemberian Insentif dan Penguatan Regulasi

Memberikan penghargaan kepada individu atau kelompok yang mengelola SDA secara berkelanjutan dan ramah lingkungan, contohnya Kalpataru Award yang merupakan suatu penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada individu atau kelompok yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam bidang lingkungan hidup.

Pengembangan Riset dan Inovasi Biomedis

Pemanfaatan SDA untuk riset menggunakan kekayaan biodiversitas lokal untuk mengembangkan obat-obatan atau teknologi medis. meningkatnya permintaan dan nilai obat-obatan herbal saat ini sangat terkait dengan meningkatnya pemahaman tentang terapi, kandungan fitokimia, ketersediaan, aksesibilitas, serta harga produk herbal yang lebih terjangkau dibandingkan dengan obat-obatan modern yang tentu saja dapat membantu kondisi masyarakat miskin untuk mempermudah mendapatkan akses kesehatan dan pengobatan (Faiyah et. al., 2024). Kemudian membuat model kesehatan berbasis ekosistem dengan merancang layanan kesehatan preventif yang terintegrasi dengan pendekatan ekosistem untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sumber Daya Alam memiliki potensi besar untuk mendukung ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan, namun pengelolaannya yang buruk dapat memperburuk kesenjangan sosial dan kemiskinan. Melalui pendekatan menyeluruh yang menyatukan kesehatan masyarakat dan pelestarian SDA, kebijakan ini diharapkan mampu menghentikan siklus berkelanjutan antara kemiskinan dan degradasi lingkungan. Penekanan pada pemanfaatan SDA yang berkelanjutan juga memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memastikan kelestarian ekosistem bagi generasi masa depan. rmol news logo article

*Penulis adalah Mahasiswa Magister Pengelolaan Sumber Daya Alam Universitas Al-Azhar Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA