Sebagai juga pengagum peradaban Ukrania yang telah menghadirkan para tokoh budayawan kelas langitan seperti Ihor Stravinski sampai Ilya Repin, saya didukung oleh Duta Besar Ghafur Akbar Dharmaputra merencanakan pergelaran seni musik dan seni tari Nusantara di Kiev, yang sementara terpaksa tertunda akibat Corona bermutasi menjadi Omicron, apalagi Rusia menyerbu Ukraina.
Sampai saat naskah ini ditulis, masih belum jelas berapa jumlah jiwa rakyat tak berdosa jatuh sebagai korban akibat operasi militer angkatan bersenjata Rusia di bumi Ukraina.
Namun tampak jelas pada kenyataan bahwa secara komparatif kuantitatif dibandingkan dengan raksasa militer Rusia, potensi angkatan bersenjata Ukraina terlalu kecil untuk mampu melakukan perlawanan yang berarti.
Andaikata Rusia gajah maka Ukraina adalah semut. Andaikata Rusia semut maka Ukraina adalah virusnya virus, yang sama sekali tidak berbahaya untuk kesehatan semut.
Melawan balatentara Rusia dengan balatentara Ukrania sama konyol dengan menjerumuskan balatentara Ukraina ke jurang bunuh diri massal. Sambil tak terhitung jumlah rakyat Ukraina, termasuk kaum perempuan dan anak-anak tak berdosa, jatuh sebagai korban Perang antara Rusia dan Ukraina yang berkelanjutan sejak Ukraina melepaskan diri dari Uni Soviet.
Maka sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan yang prihatin atas nasib sesama manusia terpaksa harus jatuh sebagai korban perang, dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri menyampaikan sebuah saran agar Presiden Ukraina berkenan menjalin komunikasi dengan Presiden Rusia untuk memohon kemurahan hari Presiden Rusia berkenan menghentikan operasi militer terhadap Ukrania.
Sebagai warga yang telah dipilih oleh rakyat untuk menjadi Presiden Ukrania, adalah kewajiban asasi Volodymyr Zelensky bertanggung jawab penuh atas keselamatan nyawa setiap rakyat Ukraina yang tidak berdosa apa pun kecuali menjadi rakyat Ukraina.
Seorang Presiden bertanggung jawab atas keselamatan rakyat bukan sebaliknya! Jangankan puluhan, satu saja rakyat jatuh sebagai korban sebenarnya sudah terlalu banyak!
Bagi yang tidak percaya amanat penderitaan rakyat Ukraina yang saya suarakan, silakan bertanya langsung kepada sanak keluarga yang ditinggalkan oleh yang terbunuh akibat konflik militer Rusia versus Ukraina.
InsyaAllah, Presiden Rusia masih memiliki nurani kemanusiaan adil dan beradab untuk berkenan menghentikan operasi militer Rusia di persada Ukraina.
Pada hakikatnya saran saya memang dilematis bak makan buah simalamakama, sambil juga potensial menjadi gonggongan anjing tidak dihiraukan khilafah berlalu. Sama sekali tidak ada kewajiban bagi Presiden Ukraina untuk memohon belas kasihan Presiden Rusia untuk menghentikan serangan ke Ukraina.
Sama halnya tidak ada kewajiban Presiden Rusia mengabulkan permohonan Presiden Ukraina. Keduanya EGP alias
Emang Gue Pikirin. Bahkan jika memohon belas kasihan Presiden Putin maka Presiden Ukraina rawan dikecam sebagai pengecut akibat alih-alih berani maju tak gentar membela negara, bangsa dan rakyatnya, malah mengemis belas kasihan dari pihak lawan.
Namun di sisi lain, jika Presiden Ukraina nekat maju tak gentar melawan angkara murka angkatan bersenjata Rusia, maka satu per satu nyawa warga Ukrania yang tidak berdosa dikorbankan demi mempertahankan citra keperwiraan Presiden Ukrania membela bangsa, negara, dan rakyat Ukraina.
Maka keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden Ukrania untuk peduli atau tidak peduli saran saya yang memang sama sekali bukan warga Ukrania. Namun sekadar prihatin atas nasib rakyat Ukraina yang jatuh sebagai korban konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.
Andaikata Presiden Ukraina berkenan merendahkan harkat dan martabat pribadi diri sendiri untuk memohon belas kasihan Presiden Rusia dan ternyata Presiden Rusia masih memiliki nurani kemanusiaan adil dan beradab sehingga bermurah hati mengabulkan permohonan Presiden Ukraina, maka saya tidak berdaya apa pun kecuali menominasikan Volodymyr Zelensky bersama Vladimir Putin untuk menjadi para penerima anugerah Nobel untuk perdamaian. Merdeka!
BERITA TERKAIT: