Meski tersisa empat orang, Satgas Madago Raya Polri masih kesulitan untuk memberangus kelompok teroris yang kerap melakukan aksi kekerasan terhadap warga itu.
"Bisa bayangkan ya, bahwa lokasi itu tidak seperti Jakarta rata, nggak. Tapi bergunung-gunung bisa dilalui 3 hari jalan kaki itu naik turun, naik turun 3 hari belum nanti oksigen disana terbatas," kata Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (21/9).
Kelompok militan ini memang bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Karena menguasai medan, kata Argo, mereka mampu membedakan mana suara kedatangan manusia atau hewan saat berada di hutan.
"Mereka memahami bagaimana itu liku-liku hutan, misalnya ada bunyi 'kresek' itu kan paham juga oh itu bunyi kaki manusia, oh itu bunyi ular, dia akan paham karena sudah lama disana," beber Argo.
Namun demikian, kata Argo, Satgas Madago Raya tetap melakukan perburuan dengan menggunakan dua pendekatan yakni hard power dan soft power.
Adapun cara soft power ini dikatakan Argo ialah menghimbau mereka untuk turun dari hutan, membuka ruang dialog bagi mereka tentang apa yang diinginkan.
"Misalnya kita kan mengimbau untuk mereka untuk turun, nanti kan kita fasilitasi seperti apa ya disana kalau mau turun, mudah-mudahan mau turun itu udah mengimbau dari kemarin ini, semoga mau turun kita ajak diskusi, dia punnya masalah apa kan gitu," demikian Argo.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: