Namun demikian, menurut Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung hal ini dianggap lumrah karena harga memang kerap tidak stabil saat menjelang panen raya pada Maret-April yang tersebar di beberapa kabupaten/kota.
"Harga gabah kering giling turun dan memang sering terjadi, ini berlaku secara nasional bukan hanya di Lampung. Biasanya kita temui di bulan Maret-April sering terjadi fluktuasi harga, karena sudah hukum ekonominya," terang Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung, Kusnardi, di Balai Keratun, Senin (5/4).
Ia mengatakan, fluktuasi harga adalah asuransi bagi para petani karena semakin besar risiko yang dihadapi maka semakin besar yang didapat masyarakat. Sehingga wajar jika ada kenaikan dan penurunan.
"Jadi memang seperti itulah pertanian dan fluktuasi harga itu adalah asuransi bagi petani, semakin besar resiko semakin besar harganya," ujarnya, dikutip
Kantor Berita RMOLLampung.
Untuk mengatasinya, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung akan terus mendorong dan membantu para petani untuk melakukan pemulihan harga gabah supaya kembali normal.
"Upaya-upaya kita selalu melakukan dan mendorong pemulihan gabah di tingkat petani melalui program yang kami siapkan yakni lembaga usaha mandiri, serap gabah (Sergab) yang berkerjasama dengan bulog, korporasi kelembagaan, serta memberikan bantuan baik itu lantai jemur dan sebagainya," papar dia.
Kusnardi berharap, semua upaya yang dilakukan pemerintah daerah dapat membantu masyarakat terutama petani.
"Jadi semua cara sudah kita lakukan dan mudah-mudahan cukup kuat, karena kan ini komoditas yang paling banyak dibutuhkan dan diatur juga," harapnya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun sebesar Rp 658,52 per kg atau sekitar 14,39 persen. Dari Rp 4.576,09 per kg menjadi Rp 3.917,57 per kg.
BERITA TERKAIT: