Buku tersebut menjelaskan bahwa teknologi dan digitalisasi akan merevolusioner semua aspek kehidupan seperti munculnya kekuatan bisnis baru yang mendisrupsi dunia, seperti Alibaba yang dikembangkan oleh Jack Ma, Konsorsium Facebook yang dikembangkan oleh Mark Zuckerberg. Dan untuk konteks Indonesia, kita mengenal Gojek sebuah start up digital yang didirikan oleh Nadiem Makarim, salah satu anak muda yang mendapatkan amanah besar dari Presiden Joko Widodo untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Di sisi lain, karena perubahan yang dihasilkan dari Revolusi Industri 4.0 begitu cepat dan berdampak pada berbagai sektor, tak jarang hal tersebut menimbulkan terancamnya beberapa lapangan pekerkaan konvensional. Hasil riset McKinsey & Company menyatakan hingga kurun waktu 10 tahun ke depan, hingga tahun 2030 Indonesia akan kehilangan 23 juta pekerjaan. Namun besarnya peluang ekonomi Indonesia untuk tumbuh di masa depan, menurut riset tersebut Revolusi Industri 4.0 juga akan menciptakan 27 hingga 46 juta pekerjaan baru pada tahun 2030 (
cnbcindonesia.com).
Prioritas Merdeka Belajar 2021 dan Revitalisasi Pendidikan Vokasi Dengan pesat perubahan yang terjadi karena Revolusi Industri 4.0 di atas, maka tak heran Presiden Jokowi selalu mewanti-wanti dan berharap universitas maupun sekolah, khususnya sekolah kejuruan mampu mendidik dan mencetak lulusan-lulusan yang bisa berinovasi dalam menghadapi segala perubahan yang ada.
Dan sistem pendidikan yang dapat menjawab tantangan tersebut menurut mantan Walikota Solo tersebut adalah pendidikan vokasi berbasis kompetensi yang
link and match dengan industri, yaitu pendidikan yang dapat mencetak tenaga kerja dengan keterampilan khusus sesuai kebutuhan pada masing-masing industri.
Melansir publikasi milik Rizki Setiawan yang berjudul
Revolusi Industri 4.0 Dari Mata Pendidikan Vokasi (2018), lulusan pendidikan vokasi adalah orang-orang yang siap untuk menghadapi gejolak perubahan sistem industri akibat hadirnya Revolusi Industri 4.0. Para mahasiswa sekolah vokasi atau siswa SMK disiapkan untuk berkerja. Mereka dilatih dan dibimbing untuk cepat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi begitu cepat (Setiawan, 2018).
Oleh karenanya melihat tantangan di atas dan sebagai orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia Industri 4.0, Mendikbud Nadiem Makarim meluncurkan terobosan Merdeka Belajar. Dan pada tahun Merdeka Belajar 2021 akan berfokus pada delapan prioritas, salah satu prioritas tersebut adalah revitalisasi pendidikan vokasi.
Kemendikud dalam hal ini akan merevitalisasi 900 SMK yang berbasis industri 4.0, dan akan melakukan dukungan dan percepatan
link and match dan kemitraan dengan 5.690 orang dan 250 dunia usaha dan dunia industri (DUDI), dukungan pencapaian indeks kinerja utama pada 47 Perguruan Tinggi Negeri Vokasi, akan melakukan pendidikan kecakapan kerja dan pendidikan kecakapan kewirausahaan kepada 66.676 orang, penguatan pendidikan tinggi vokasi pada 200 program studi, sertifikasi kompetensi kepada 300 orang dosen, penguatan pendidikan PNBP/BLU kepada 75 perguruan tinggi, dan penguatan sarana prasarana di delapan perguruan tinggi.
Selain revitalisasi pendidikan vokasi, prioritas Merdeka Belajar 2021 akan berfokus pada prioritas lain. Pertama, pembiayaan pendidikan di antaranya Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dengan target 1,095 juta mahasiswa, KIP Sekolah dengan target 17,9 juta siswa, layanan khusus pendidikan masyarakat dan kebencanaan dengan target 42.896 sekolah, tunjangan profesi guru dengan target 363 ribu guru, dan pembinaan Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), dan bantuan pemerintah kepada 13 SILN dan 2.236 lembaga.
Kedua, program digitalisasi sekolah dan medium pembelajaran melalui empat sistem penguatan platform digital, delapan layanan terpadu Kemendikbud, kehumasan dan media, 345 model bahan ajar dan model media pendidikan digital, serta penyediaan sarana pendidikan bagi 16.844 sekolah.
Ketiga, pembinaan peserta didik, prestasi, talenta, dan penguatan karakter. Prioritas ini akan diciptakan melalui tiga layanan pendampingan advokasi dan sosialisasi penguatan karakter, pembinaan peserta didik oleh 345 pemerintah daerah, serta peningkatan prestasi dan manajemen talenta kepada 13.505 pelajar.
Keempat, melakukan pendidikan kepada 19.624 guru penggerak, sertifikasi terhadap 10.000 guru dan tenaga kependidikan, rekrutmen guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) oleh 548 pemerintah daerah, serta penjaminan mutu,sekolah penggerak, danorganisasi penggerak kepada 20.438 orang guru.
Kelima, melakukan pelatihan kurikulum baru kepada 62.948 guru dan tenaga kependidikan, pendampingan dan sosialisasi implementasi kurikulum dan asesmen di 428.957 sekolah, mengembangkan 4.515 model kurikulum dan perbukuan, dan akreditasi dan standar nasional pendidikan di 94.912 lembaga.
Keenam, adalah Kampus Merdeka, yaitu mendukung sepenuhnya pencapaian indeks kinerja utama (IKU) bagi 75 PTN (BOPTN), peningkatan kelembagaan pendidikan tinggi,
competitive fund dan matching fun bagi Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta, peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan sehingga tercipta 50 ribu mahasiswa berwirausaha 400 ribu mahasiswa Kampus Merdeka, 660 program studi terkait inovasi pembelajaran digital, serta pengembangan kelembagaan perguruan tinggi.
Ketujuh, pemajuan kebudayaan dan bahasa dengan memberikan apresiasi dan peningkatan SDM kepada 5.225 orang di 994 satuan pendidikan,mengadakan kegiatan dan program publik dengan sasaran 619.515 orang, 450 layanan, 352 kegiatan dan satu platform holistik, pengelolaan cagar budaya dan warisan budaya takbenda pada 72.305 unit, penguatan desa dan fasilitas bidang kebudayaan kepada 359 desa dan 260 kelompok masyarakat, serta layanan kepercayaan dan masyarakat adat kepada 1.031 orang di 25 wilayah adat.
Kita semua tentu berharap terobosan yang dilakukan oleh Mendikbud Milenial tersebut dengan mengeluarkan kebijakan Merdeka Belajar tersebut, terutama yang berkaitan dengan program revitalisasi pendidikan vokasi dapat menjawab tantangan perubahan yang begitu cepat karena hadirnya Revolusi Industri 4.0 yang harus kita hadapi dengan cerdas bijaksana. Semoga.
Fahmi Syahirul Alim
Program Manager International Centre for Islam and Pluralism