Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ramalan Berdasar Angka

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Minggu, 27 Desember 2020, 08:54 WIB
Ramalan Berdasar Angka
Ilustrasi/Net
DI dalam catatan sejarah peradaban telah terbukti bahwa manusia asyik mendayagunakan angka sebagai bahan ramalan.

Numerologi

Para numerologis profesional meyakini bahwa setiap angka memiliki makna untuk meramal nasib manusia. Bahkan setiap angka diyakini memiliki makna tersendiri terhadap kepribadian setiap insan manusia.

Maka tidaklah mengherankan bahwa angka 13 dianggap angka pembawa sial oleh masyarakat Barat sementara angka 4 senantiasa dihindari oleh masyarakat China karena di dalam bahasa Mandarin angka 4 memiliki lafal sama dengan si yang bermakna mati.

Maka jarang ada lift bernomor 13 pada bangunan pencakar langit yang dimiliki oleh manusia yang percaya 13 adalah angka sial sementara jarang ada lift bernomor 4 pada bangunan di Hongkong.

Jarang pula ada apartemen atau kamar hotel bernomor 13 di London.

Percaya

Apabila selalu ada manusia yang percaya angka sial berarti selalu ada pula manusia yang percaya bahwa angka bisa didayagunakan untuk meramal nasib dan/atau karakter manusia.

Di mana ada kebutuhan maka ada penawaran, maka akibat ada kebutuhan atas angka sebagai bahan ramalan muncul pula lah penawaran jasa untuk meramal.

Lahirlah profesi numerologis yang dianggap atau menganggap diri ahli meramal nasib dan/atau karakter manusia berdasar angka. Para peramal angka masih tetap berjaya di abad XXI yang dianggap sebagai abad sains akibat ternyata diam- diam masih senantiasa ada manusia yang percaya kepada ramalan.

Bahkan konsumen bersedia membayar mahal atas produk jasa ramalan sehingga profesi meramal menjadi cukup lukratif sebagai bukan saja sumber nafkah namun bahkan sumber kekayaan harta-bendawi.

Silakan anggap ramalan adalah takhayul, namun apabolehbuat fakta membuktikan bahwa takhayul memang masih bertahan di jaman now serba saintifik ini.

Egoisme


Silakan anggap ramalan sebagai dusta namun selama meramal belum dilarang oleh UU, maka transaksi produk ramalan antara yang meramal dengan yang diramal tidak bisa dituduh sebagai penipuan apalagi kriminal. Saya sendiri tidak berprofesi sebagai tukang ramal bukan akibat menganggap produk ramalan adalah takhayul, namun sekadar karena jika saya memang mampu meramal maka saya tidak akan meramal secara sosial untuk orang lain.

Bagi saya jauh lebih menguntungkan meramal secara egois untuk kepentingan diri saya sendiri. Misalnya meramal lalu membeli nomor loteri yang pasti akan menjadi pemenang atau meramal lalu membeli saham di pasar bursa yang pasti akan meningkat nilainya menjadi berlipat ganda jauh melampaui honor saya meramal nomor loteri atau saham untuk orang lain. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA