Masa KiniKekuatiran kembali terulang merundung sanubari saya ketika krisis kesehatan global akibat pegebluk Corona merusak kesehatan warga Indonesia, sehingga rawan menimbulkan krisis ekonomi yang rawan meledakkan konflik ragawi antar warga akibat gangguan kejiwaan yang ditimbulkan oleh tekanan batin akibat terlalu lama dipaksa karantina diri, sehingga kehilangan sumber nafkah maupun lapangan kerja.
Kini sudah tampak gejala gangguan kejiwaan akibat terlalu lama tertekan rasa cemas terhadap angkara murka Corona yang bukan hanya merusak kesehatan namun juga menewaskan manusia.
Tampil gejala kejiwaan negatif sebagai sikap kehilangan orientasi logika, sensitif, intoleran, mudah tersinggung, cepat marah tanpa alasan rawan memuncak sebagai perilaku tak terkendali rawan memicu konflik kekerasan
batin potensial meledak sebagai kekerasan ragawi antar insan, keluarga, golongan, etnis, suku, ras, agama, politik. Berbagai pihak mendadak sensitif serta agresif selaras teks sithik-sithik nesu terus ngajak padu di dalam lagu
Jenang Gulo.
KuatirBesar harapan saya jangan sampai prahara tragedy kekerasan 1948, 1965 dan 1998 kembali terjadi di bumi Indonesia. Bangsa Indonesia yang ramah dan cinta damai mendadak berubah menjadi pemarah lalu tega melakukan kekerasan bahkan tega saling membinasakan.
Saya menulis naskah ini sebagai ajakan bagi segenap sesama warga Indonesia untuk di tengah suasana kemelut Corona berkenan menunaikan Jihad Al Nafs menaklukkan diri sendiri masing-masing agar sesama warga Indonesia tidak saling membenci, tidak saling bermusuhan, tidak saling melakukan kekerasan terhadap sesama warga Indonesia.
Bersatu Padu
Justru dalam menghadapi musuh yang sama yaitu virus Corona marilah kita semua bersatu padu berbekal semangat sila ke dua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab demi menjalin kekuatan lahir-batin bergotong-royong melawan angkara murka virus Corona!
Marilah kita belajar dari sejarah pageblug influenza 1918-20 yang memicu resesi kemudian depresi dahsyat yang kemudian meledakkan Perang Dunia II.
Marilah kita bersama menjalin kebersamaan demi gotong-royong mewujudkan sila poros Pancasila yaitu Persatuan Indonesia untuk TIDAK mengulang sejarah keburukan masa lalu.
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
BERITA TERKAIT: