Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dialog Antara Suni Dan Syiah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Minggu, 29 Maret 2020, 13:15 WIB
Dialog Antara Suni Dan Syiah
Ilustrasi/Net
PENGANUT Syiah sebagai realitas sosial maupun kelompok keagamaan telah hidup sejak awal mula lahirnya Islam, dan terus bertahan dan tumbuh di banyak negara di seluruh dunia.

Menurut Syekh Abu Manshur Abdul Qahir bin Thahir Al-Bagdadi pengarang  kitab Al-Farqu baina Al-Firaq, Syiah terbagi dalam kelompok yang jumlahnya hampir tak terhitung. Namun secara umum mereka terbagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok tadi, terdiri dari beberapa kelompok kecil.

Sementara menurut M. Quraish Shihab dalam buku: Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan,  Mungkinkah ? Empat kelompok Syiah ini terdiri dari mulai yang paling ekstrem sampai Syiah "abu-abu".

Pertama: Syiah Ghulat

Muhammad Abu Zahrah, mengatakan kelompok Syiah ektremis seperti ini hampir dapat dikatakan telah punah. Di dalam Syiah Ghulat terdapat beberapa golongan lagi, yakni: As-Sabaiyah, Al-Khaththabiyah, Al-Ghurabiyah, Al-Qaramithah, Al-Manshuriyah, An-Nushaiziyah, Al-Kayyaliyah, Al-Kaisaniyah, dan lainnya.

Kedua: Syiah Ismailiyah
Kelompok ini tersebar di banyak negara, seperti Afganistan, India, Pakistan, Suriah, Yaman, serta beberapa negara Barat, seperti Inggris dan Amerika Utara.

Ketiga: Syiah Az-Zaidiyah
Mereka adalah kelompok Syi'ah pengikut Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Kendati golongan ini yakin kedudukan Ali bin Abi Thalib lebih mulia ketimbang Abu Bakar, Umar, dan Utsman, akan tetapi mereka tetap mengakui ketiganya sebagai khalifah yang sah.

Keempat: Syiah Istna Asyariah
Kelompok ini dikenal juga dengan nama Imamiyah atau Ja'fariyah yang percaya pada 12 imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW.

Kelompok ini terpecah menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi yang dikenal dengan istilah Marja Taqlidi. Marja Taqlidi adalah istilah kepada siapa seseorang atau kelompok masyarakat bertqlid atau menyandarkan keyakinannya atau pemahamannya baik terkait dengan urusan dunia (termasuk politik) maupun akhirat.

Meurut Zubaidi Mastal (1989), di era Ayatollah Khomaini marja taqlidi yang terkenal antara lain: Imam Khomaini sendiri, Muhammad Khazim Syariat Madari, Sayyid Abu Al Qasim Al Khui, dan Husain Muntazheri.

Sedangkan pasca Khomaini antara lain: Sayyid Ali Khamenei, Uzhma Fadhil Lankarani, dan lain-lain yang tidak terlalu terkenal. Antara Marja yang satu dengan yang lain bisa saja berbeda pandangan politik. Karena itu perseteruan akibat perbedaan pandangan politik antara marja seringkali cukup keras.

Syiah Istna Asyariah merupakan mayoritas penduduk Iran, Irak, dan ditemukan juga di beberapa daerah di Suriah, Kuwait, Bahrain, India, Saudi Arabia, dan beberapa daerah bekas Uni Sovyet. Ini adalah kelompok Syiah mayoritas, dan kelompok inilah yang kini berkuasa di Iran.

Menurut Hamid Enayat dalam bukunya: Islamic Political Thought, perbedaan Suni dan Syiah tidak terletak pada pokok ajarannya. Perbedaan Suni vs Syi'ah tidak terkait dengan sifat-sifat Tuhan, fungsi Rasul, kewahyuan Al Qur'an, dan tidak berhubungan dengan kewajiban pokok dalam persoalan, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.

Sebenarnya upaya untuk mendekatkan dua kelompok ini oleh dua belah pihak sudah berulangkali dilakukan. Diantara yang cukup menonjol yang dilakukan oleh seorang ulama Suni bernama Syekh Mahmud Syaltut dari Universitas Al Azhar, Mesir.

Upaya luhur seperti ini bukan hanya perlu diteruskan, akan tetapi juga perlu dikembangkan di banyak tempat, sehingga dapat meringankan beban tambahan yang tidak perlu dipikul oleh Ummat.

Apalagi jika merujuk fakta sejarah, dimana percekcokan dua kelompok seringkali akibat dorongan kelompok-kelompok ekstrim yang berada di dua belah pihak, yang motifasinya untuk mendapatkan keuntungan duniawi baik terkait ekonomi maupun kekuasaan, meskipun selalu dibungkus oleh narasi keagamaan seolah untuk tujuan ukhrawi.

Jika ummat Islam diajarkan untuk bersikap moderat, toleran, dan ramah dengan ummat lain, semestinya akan lebih toleran dan ramah lagi kepada saudara sendiri. Wallahualam. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA