Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ayatollah Ali Khamenei, Amerika Harus Angkat Kaki Dari Timur Tengah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Kamis, 09 Januari 2020, 01:34 WIB
Ayatollah Ali Khamenei, Amerika Harus Angkat Kaki Dari Timur Tengah
Ayatollah Khamenei/Net
AYATOLLAH Ali Khamenei sebagai orang nomor satu di Iran jarang sekali muncul di publik, termasuk saat ada kepala negara lain yang berkunjung ke Teheran, biasanya hanya diterima oleh Presiden Hassan Rouhani. Kecuali jika sang tamu sangat istimewa.

Dalam hierarki spiritual para pemimpin keagamaan di Iran, jelas ia merupakan orang nomor satu, akan tetapi dalam struktur politik Iran yang tidak banyak dipahami oleh ilmuwan politik, sesungguhnya posisinya di atas Presiden. Karena itu, pemegang tongkat komando pasukan tertinggi di Iran tidak berada di tangan Presiden Rouhani, akan tetapi di tangan Ayatollah Khamenei.

Itulah sebabnya, jika kita mengunjungi Iran, maka di kantor-kantor pemerintah atau di ruang publik pada umumnya, kita akan menemukan gambar Ayatollah Ali Khameini yang berdampingan dengan pendiri Republik Islam Iran Ayatollah Khomaini. Tidak ada gambar Presiden Hassan Rouhani, apalagi gambar para pejabat yang berada di bawahnya.

Kali ini Ali Khamenei muncul ke publik, sebagai isyarat tingginya penghormatan pada Mayor Jenderal Qassem Soleimani yang disebutnya sebagai Syuhada atau martir saat prosesi pemakamannya dilakukan.

Kemunculan berikutnya yang hanya berselang sehari, terjadi pasca serangan rudal balistik Iran terhadap dua pangkalan militer Amerika di Irak. Hal ini memberikan pesan politik yang sangat kuat, bahwa dirinyalah yang berada di balik serangan itu.

Ada dua hal penting yang perlu kita cermati terkait dengan kemunculannya kali ini. Pertama, untuk pertama kalinya Iran menggunakan tangannya sendiri untuk memukul musuhnya. Rudal balistik yang menyasar dua pangkalan militer Amerika di Irak tersebut, diluncurkan langsung dari wilayah Iran.

Biasanya, serangan serupa selalu dilakukan oleh sekutunya seperti Houthi di Yaman, atau Hizbullah di Lebanon, Hashed Al Shaabi di Irak atau bersama tentara Suriah saat menghadapi Israel, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan proxy war.

Kedua, pesan yang tegas dari serangan kali ini dinyatakan langsung oleh Khamenei, bahwa serangan rudal yang dilakukakannya merupakan sebuah tamparan bagi tentara Amerika, dan ia menegaskan mereka harus hengkang dari kawasan ini. Bagi Iran dan sekutunya, Amerika merupakan sumber masalah dari banyak masalah yang dihadapi negara-negara di Timur Tengah saat ini.

Kini publik menunggu janji Donald Trump yang akan memberikan press conference besok terkait serangan Iran terhadap dua pangkalan militer Amerika di Irak. Apakah ia akan menunaikan janjinya akan memberikan balasan lebih keras, atau berubah pikiran mengingat tekanan Kongres dan oposisi dari Partai Demokrat yang menentang perang terbuka dengan Iran.

Bagi Trump, pilihannya serba sulit. Jika ia nekat melanjutkan perang, maka dipastikan korban yang akan jatuh lebih besar dari perang yang dilakukan AS di Irak maupun Afghanistan. Lebih dari itu, sebagaimana pengalamannya di dua tempat tersebut, perang mudah dimulai akan tetapi sangat sulit untuk diakhiri.

Sementara jika ia tidak merespons serangan langsung Iran tersebut yang berisi pesan penuh tantangan, maka wibawanya di dalam negeri akan terpuruk. Akibatnya, proses pemakzulan dirinya akan semakin cepat, atau kekalahannya akan semakin terbuka dalam Pilpres beberapa bulan mendatang. rmol news logo article

Penulis adalah Pengamat Politik Islam dan Demokrasi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA