Sang Pangeran Transilvania, yang kini termasuk wilayah Rumania, tersohor atas kekejamannya terhadap musuh yang dikalahkannya. Dalam sejarah Eropa Timur, Vlad III tercatat sebagai lawan tergigih Mehmed II.
Penakluk Konstantinopel
Setiap kali saya berkunjung ke Istanbul, senantiasa teringat kepada Mehmed II sebagai penguasa Utsmani penakluk Konstantinopel mengakhiri kekaisaran Bizantium pada tahun 1453. Mehmed II adalah nama alias Sultan Muhammad Al Fatih sebagai putra Sultan Murad menyandang gelar Kaisar Roma (Qayser-i Rûm), berdasarkan klaim gereja Ortodoks Timur bahwa Konstantinopel adalah ibukota kekaisaran Romawi.
Setelah Konstaninopel, Mehmed II melanjutkan penaklukannya ke Anatolia di Eropa Tenggara hingga ke Barat sampai ke Bosnia. Di Transilvania yang kini masuk wilayah Rumania, Mehmed II sempat gigih diadang oleh Vlad III.
Dalam lembaran sejarah Islam, Sultan Muhammad Al Fatih tercatat sebagai pemimpin agung setara Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai penakluk Jerusalem dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz penakluk tentara Mongol pada pertempuran Ain Al-Jalut.
IstanbulDi Konstaninopel yang kemudian beralih-nama menjadi Istanbul, Mehmed II melakukan reformasi politik dan sosial serta mendorong kemajuan seni dan ilmu pengetahuan. Pada akhir masa pemerintahannya Mehmed II membangun Istanbul untuk menjadi ibukota kesultanan Ottoman.
Sultan Muhammad Al Fatih memperkenalkan istilah politik ke dalam bahasa Arab "Siyasah" pada sebuah buku yang ia tulis. Dia mengumpulkan seniman Italia, humanis, dan cendekiawan Yunani di istananya. Mengizinkan Gereja Bizantium untuk terus berfungsi, maka menginstruksikan Gennadius untuk menerjemahkan doktrin Kristen ke dalam bahasa Turki. Lalu memanggil Gentile Bellini dari Venesia untuk melukis potret Mehmed II serta lukisan dinding Venesia yang sayang telah hilang.
Mehmed II mendirikan sebuah perpustakaan yang mencakup karya-karya tulis dalam bahasa Yunani, Persia, dan Latin. Sultan Muhammad Al Fatih mengundang ilmuwan dan astronom Muslim seperti Ali Qushji memulai pendirian sebuah Universitas, membangun masjid (misalnya Masjid Fatih ), sistem pengairan serta Istana Topkapi.
Di sekitar masjid agung Istanbul ia mendirikan delapan madrasah, yang selama hampir seabad, mempertahankan peringkat sebagai lembaga pengajaran tertinggi ilmu-ilmu Islam di seluruh dunia.
Kebebasan BeragamaMehmed II memberikan kebebasan beragama kepada rakyatnya. Setelah penaklukannya di Bosnia pada 1463, ia mengeluarkan nama samaran Milodraž kepada para Fransiskan Bosnia, memberi mereka kebebasan beragama di dalam kekuasaan kesultanan Ottoman, menawarkan ibadah di gereja-gereja dan biara-biara tanpa ancaman penistaan apalagi penganiayaan.
Warga kurang mampu ekonomi tetapi kuat ragawi direkrut menjadi tentara, bahkan pengawal pribadi Sultan Muhammad Al Fatif. Mehmed II mendirikan millet atau komunitas keagamaan otonom, dan menunjuk Gennadius Scholarius sebagai pemimpin agama bagi umat Nasrani Ortodoks di Istanbul.
Pengaruh otoritas Mehmed II meluas ke semua Nasrani Ortodoks serta para pemukim Muslim dan Yahudi di Eropa Timur sampai Italia, kecuali Genoa dan Venezia. Kebijakan Mehmed II merupakan pengawasan terhadap kaum Nasrani sambil memungkinkan mereka merasa relatif otonom.
Sultan Muhammad Al Fatih mewujudkan ramalan hadits Ahmad Bin Hanval al Musnad menjadi kenyataan “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan.â€
Penulis adalah pembelajar sejarah dunia.
BERITA TERKAIT: