Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Clash of Clans, Mewaspadai Ancaman Situasi Barbarian

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/haris-rusly-moti-5'>HARIS RUSLY MOTI</a>
OLEH: HARIS RUSLY MOTI
  • Senin, 30 April 2018, 12:49 WIB
Clash of Clans, Mewaspadai Ancaman Situasi Barbarian
Clash of clans/Net
CLASH of Clans adalah sebuah game tentang pertarungan dan penaklukan antara suku-suku di zaman lampau. Di antara kita yang pernah bersentuhan dengan game tersebut, pasti familiar dengan “barbarian”.

Barbarian adalah pasukan pelopor yang sangat kental kebrutalannya, kejam dan tidak beradab. Barbarian bertugas menghancurkan apapun yang ada di depannya, tidak peduli makhluk hidup atau benda mati.

Jika kita tinjau kembali situasi di awal reformasi hingga saat ini, maka kita pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa keadaan bangsa kita mulai mengarah persis seperti situasi perang antar suku yang digambarkan di dalam game Clash of Clans tersebut.

Karakter dan perilaku tidak beradab yang sangat kental di dalam kehidupan suku-suku primitif yang sangat terbelakang itu, kini tumbuh subur di dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita.

Suku terasing yang hidupnya berpindah-pindah belum tentu mereka adalah orang orang barbar yang tidak beradab. Bisa jadi mereka jauh lebih beradab dibanding orang-orang yang tinggal menetap di kota.

Sebagaimana gambaran ketika hidup di alam perang dan penaklukan antar suku, sebagian kita bertindak sangat brutal dan kejam untuk mengamankan kepentingan suku kita.

Diantara kita setiap saat meng-create kesempatan politik untuk dapat menghancurkan atau memangsa mereka yang berbeda “kesukuan politik” dengan kita.

Demikian juga, agar dapat bertahan hidup di dalam perang dan penaklukan antar suku yang sangat brutal itu, kita dituntut untuk senantiasa bertindak menggunakan cara-cara yang tidak beradab.

Mustahil kita dapat memenangkan sebuah pertarungan politik dengan cara-cara beradab di dalam sebuah masyarakat yang biadab.

Mana mungkin sistem nilai dan norma dapat tumbuh di dalam sebuah ekosistem masyarakat yang barbar dan tidak mengenal rasa kemanusian.

Situasi Barbarian

Keadaan bangsa kita saat ini memang sedang menuju pada situasi barbarian. Istilah barbarian adalah untuk menjelaskan keadaan sebuah masyarakat tanpa adanya tatanan, ditandai oleh runtuhnya nilai, norma dan ketertiban umum, serta menguatnya semangat tribalisme.

Salah satu ciri barbarian yang saat ini dapat kita lihat dari kehidupan bangsa kita adalah runtuhnya sistem nilai (value system) yang menjadi ukuran tentang kebaikan (goodness).

Demikian juga norma yang memberi petunjuk umum tentang cara mewujudkan nilai, termasuk petunjuk memberi sangksi kepada yang melanggar, juga tak jelas lagi bentuknya.

Jika diperhatikan, setiap kebijakan negara dirumuskan dan dijalankan hanya mempertimbangkan kepentingan politik dan kepentingan untuk meraih keuntungan kapital semata. Tak berlaku nilai dan norma dalam bernegara dan bermasyarakat.

Ciri berikut dari situasi berbarian yang sedang menghantui situasi bangsa kita adalah menguatnya semangat tribalisme yang hadir dalam bentuknya yang baru, yaitu tribalisme politik atau kesukuan politik.

Mana mungkin nilai-nilai kebersamaan sebagai sebuah bangsa dapat berkembang di tengah mindset kesukuan yang tumbuh sangat subur, persis seperti jamur di musim hujan.

Terjadi kemunduran kesadaran berbangsa, ketika peradaban kebangsaan yang berdiri di atas beragam suku, agama dan adat istiadat, berganti menjadi “kesukuan politik”.

Di alam demokrasi dan digitalisasi saat ini, kita justru menyaksikan menguatnya semangat tribalisme yang ditandai oleh tumbuh suburnya ke-suku-an Parpol.

Ketika Partai Politik sebagai alat perjuangan rakyat, diubah bentuk dan fungsinya menjadi kesukuan politik, yang kepemilikannya diwariskan berdasarkan garis keturunan.

Demikian juga institusi negara, mengalami mutasi mindset ke dalam bentuknya yang makin kerdil, menjadi sebuah kesukuan politik. Disebut kesukuan politik lantaran institusi negara itu sangat kental pembelaannya terhadap kepentingan institusinya melebihi pembelaan terhadap kepentingan umum.

Kita dapat menyaksikan wajah DPR dan MA sebagai institusi negara yang berubah menjadi sebuah entitas seperti suku-suku di zaman tidak beradab yang sangat sibuk mengamankan kepentingan institusinya.

Demikian juga institusi seperti Polri, Kejaksaan Agung, Pemda, dll. dapat dikatakan telah mengalami mutasi mindset menjadi sebuah entitas kesukuan.

Ciri lain dari situasi barbarian yang sedang mengancam bangsa kita adalah runtuhnya ketertiban umum. Ketika penegakan hukum tak berjalan sesuai simbolnya berupa timbangan yang tidak berat sebelah, maka pasti akan muncul situasi ketidakpatuhan sosial.

Jika diperhatikan, institusi penegak hukum terlalu tampak tak lagi bertindak menegakan hukum yang bersendikan nilai nilai, tapi semata menegakan aturan yang membela dan melindungi kepentingan penguasa dan kepentingan kapital.

Ciri terakhir dari situasi berbarian yang sedang mengancam bangsa kita saat ini adalah terjadinya distrust, krisis kepercayaan, rasa saling tidak percaya antara kita. Padahal, modal dasar tumbuhnya sebuah peradaban adalah rasa saling percaya dan keteladanan yang ditunjukkan oleh mereka yang disebut sebagai pemimpin.

Pemimpin negara yang terlalu gampang mengingkari janji, suka berbohong, menipu dan tidak amanah, menyebabkan meluasnya krisis kepercayaan di tengah masyarakat.

Kini kita telah menuai akibat negatif dari sistem negara yang telah rusak oleh ulah tangan kita sendiri. "Siapa menaruh angin, akan menuai badai," demikian kata peribahasa.

Kerusakan sistem negara era reformasi itu telah menyerang dan merusak diri kita sendiri. Kita terancam berubah dari bangsa beradab menjadi bangsa barbar. [***]

Penulis adalah Eksponen Gerakan Mahasiswa 1998 dan Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP) 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA