Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Meikarta, Negeri Tanpa Tirai dan Sirnanya Investor Haven Island

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/haris-rusly-moti-5'>HARIS RUSLY MOTI</a>
OLEH: HARIS RUSLY MOTI
  • Senin, 22 Oktober 2018, 23:41 WIB
Meikarta, Negeri Tanpa Tirai dan Sirnanya Investor Haven Island
KONON katanya bambu yang tumbuh di dataran China itu jenisnya berbeda dengan bambu di tempat lain di daratan Asia. Bambu China, atau dikenal dengan nama ilmiah "bambusa multiplex", itu terkenal kualitasnya yang terbaik di dunia. Sangat kuat, katanya tidak mudah patah.

Konon di China, biji bambu jenis itu jika ditanam membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa tumbuh. Berbeda dengan jenis bambu yang tumbuh di daratan kita, nusantara. Benih yang ditanam sangat cepat tumbuh. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk berkembang menjadi rebung.

Katanya, rentan waktu enam tahun lamanya untuk dapat melihat biji bambu yang ditanam itu tumbuh menjadi rebung. Biji bambu yang ditanam itu harus disiram setiap pagi sebelum matahari terbit dan sore hari sesudah matahari terbenam.

Selama enam tahun pertama, penyiraman harus dilakukan setiap hari dengan setia. Jika tidak, maka biji bambu yang ditanam itu tidak akan pernah tumbuh, pasti mati. Selama enam tahun itu juga kita harus bersabar, karena tak akan melihat gejala dari biji yang kita tanam itu.

Bambu yang tumbuh di China itu memang ajaib. Katanya enam tahun lamanya, bambu itu tumbuh di dalam tanah, tak menampakan gejalanya di permukaan tanah. Bambu itu memperkuat dirinya secara senyap. Pada fase-fase itu akar-akarnya bekerja, berkembang dan merayap makin dalam. Bumi dicengkeramnya sangat kuat.

Baru pada tahun ketujuh benihnya tampak tumbuh di permukaan tanah. Ketika memasuki tahun kedelapan dan seterusnya, pertumbuhan bambu China itu tak dapat lagi dikendalikan. Bambu China itu akan terus tumbuh dan berkembang hingga puluhan meter panjangnya, seakan ingin merangkul langit.

Banyaknya tumbuhan bambu di daratan China, hingga tak heran jika di negeri itu terkenal penggunaan bambu sebagai tirai. China kemudian dijuluki sebagai "negeri tirai bambu". Di negeri kita, sangat populer penggunaan anyaman pelepah pohon enau sebagai tirai. Di rumah kita sering memkai tirai dari pohon enau untuk menangkal cahaya matahari.

Negeri Tirai Bambu

Namun, julukan "negeri tirai bambu" itu sebetulnya tidak semata menggambarkan fungsi bambu yang dipakai sebagai tirai di rumah. Julukan "tirai bambu" itu juga menggambarkan filosofi bangsa China yang sangat kuat memegang tradisi warisan leluhur.

Persis seperti filosofi akar bambu yang kuat mencengkeram bumi, tidak akan roboh oleh tiupan angin kencang. Persis seperti filosofi bambu China yang melewati tahap penguatan akar untuk mencekeram bumi, yaitu melalui revolusi kebudayaan, sebelum tumbuh dan berkembang tinggi mencakar langit.

Tirai bambu menggambarkan bahwa negerinya itu bukanlah negeri yang telanjang untuk dapat dilihat dari seluruh sisi nya. Bayangkan saja jika jendela kamar di rumah kita tidak ada tirainya, maka seluruh aktivitas kita, dari tidur, memakai baju, hingga lainnya dapat dilihat secara telanjang dari luar.

Tirai bambu juga bermakna negeri itu bukanlah negeri yang terbuka, yang dapat dengan mudah dimasuki dan dipengaruhi oleh unsur lain di luar dirinya. Tirai adalah “barrier” untuk menyaring dan menangkal segala bentuk pengaruh maupun intervensi yang datang dari luar dirinya.

Bisa dibayangkan jika sebuah rumah dibangun tanpa tembok, hanya terdiri dari atap dan lantai saja, seperti pendopo. Maka segala bentuk wabah penyakit setiap saat akan menyerang penghuninya. Bahkan di zaman pre history saja, mereka masih membutuhkan gua untuk berlindung dari segala macam pancaroba cuaca, hingga ancaman keganasan hewan predator.

Karena itu, ketika masyarakat di banyak negara di dunia beramai-ramai menginternasionalisasi diri dengan cara hidup dalam budaya dan pengetahuan orang lain, bangsa China justru makin terdidik dan bangga untuk menjadi dirinya sendiri.

Kini China tak semata dikenal sebagai negeri tirai bambu. China telah disulap menjadi negeri "tirai baja", negeri "tirai beton" hingga negeri "tirai digital". Dengan revolusi kedaulatan digital di tangannya, bahkan di era yang terbuka dan telanjang saat ini, negeri itu tak gampang diintip oleh tetangganya. Google, Twitter hingga Facebook tak diperkenankan beroperasi di negeri itu.

Investor Haven Island

China menikmati kelengahan Amerika sekian lama yang membiarkan perusahaan multi national nya beroperasi di luar negaranya menikmati surga pajak murah di sejumlah negara, termasuk di China. Setelah kapasitas sistem negaranya dibangun sangat kuat, akar-akar budayanya kuat mencengkeram bumi, persis seperti filosofi bambu China di atas. Tirai negeri itu kemudian sedikit disingkap dan diubah menjadi negeri surga investasi.

Kepastian hukum, jaminan keamanan, pajak yang bersaing, hingga pekerja murah telah menjadikan negeri itu sebagai sasaran dari investor global, termasuk perusahaan MNC dari Amerika. Pertumbuhan China pernah disulap secara sekejap hingga mencapai angka dua digit.

Kita lalu bermimpi meng-copy paste kemajuan di China itu. Kita ingin mencetak pembangunan infrastruktur itu secepat kilat, sebagaimana yang terjadi di China itu. Jalan tol, kereta cepat, MRT, hingga bendungan, dibangun tanpa mempertimbangkan kebutuhan, tanpa menghitung kemampuan kita, hingga tak mempertimbangkan tantangan yang berpotensi menghadang di depan.

Anggaran yang dibutuhkan sangat besar untuk mewujudkan secara kilat impian itu. Penerimaan APBN sudah pasti tidak akan mampu meng-cover kebutuhan sebesar itu. Jika bersandar pada penerimaan dari APBN saja, katanya dibutuhkan waktu 100 tahun lamanya baru dapat mengejar ketertinggalan infrastrukur itu.

Kita lupa dengan filosofi yang diajarkan leluhur kita di Jawa, “alon-alon asal kelakon”, pelan-pelan asal sampai pada tujuan. Untuk apa cepat-cepatan, jika pada akhirnya “kebablasan”. Bahkan mungkin tidak sampai pada tujuan karena tertimpa musibah. Apalagi segala aktivitas pembangunan yang terburu-buru itu konon dimotivasi untuk mengeruk keuntungan semata.

Untuk mewujudkan ambisi itu, kita lalu meniru China. Kita mengubah negeri kita menjadi "investor haven island", negeri surga bagi para investor. Seluruh “barrier” yang menangkal segala bentuk pengaruh dan intervensi dari luar ditiadakan.

Kita terinspirasi dengan "tax haven island", pulau surga bagi pengemplang pajak dan perampok uang negara. Kita ingin menjadikan negeri kita ini menjadi "suaka" bagi para investor nakal. Kita menghendaki negeri kita dibuat tanpa tanpa tirai, tanpa barrier.

Padahal di China, barrier atau tirainya sangat kuat. Bahkan di China seluruh pembangunan direncanakan, digerakan dan dikendalikan langsung oleh negara. Sedangkan di Indonesia seluruh pembangunan diduga kuat direncanaka dan digerakan oleh para taipan dan saudagar dalam negeri, swasta nasional yang bertamengkan BUMN, serta investor asing.

Kita lalu berharapa uang gelap (back office), seperti uang kejahatan korupsi yang diparkir di luat, uang pengemplangan pajak, hingga uang yang dihasilkan dari judi, narkoba dan pelacuran, yang berputar di luar sana dapat masuk ke dalam negeri kita untuk dicuci dalam sejumlah paket investasi yang kita tawarkan, seperti projek infrastruktur, destinasi wisata hingga pembangunan properti.

Sejumlah landasan untuk landing atau pendaratan uang-uang back office itu dipersiapkan sedemikian rupa. Diantaranya, pertama, projek reklamasi pantai di Jakarta dan sejumlah tempat lainnya, seperti di pantai Benoa, Bali, dll. Kedua, pembangunan kawasan properti di Meikarta dan sejumlah tempat lainnya. Ketiga, Pembangunan kawasan ekonomi khusus seperti pulau Morotai dan lainnya. Keempat, pembangunan kawasan destinasi wisata di Toba dan sejenisnya di tempat lainnya.

Sejumlah perangkat kebijakan atau regulasi dipersiakan untuk mewujudkan impian “investor haven island” itu. Diantara kebijakan itu adalah: Pertama, kebijakan tax amnesty, sebuah projek yang diduga untuk pengampunan terhadap kejahatan korupsi, pengemplangan pajak hingga pemutihan terhadap kekayaan yang dihasilkan dari kejahatan transnasional, seperti narkoba, judi hingga pelacuran.

Kita berharap, kebijakan tax amnesty itu ditumpangi oleh sejumlah kepentingan investor global untuk mendaratkan uangnya ke dalam berbagai skema investasi di negeri kita. Kenyataannya, mereka justru kuatir menjadi sasaran pemerasan, akibat tidak adanya kapasitas sistem negara dan lemahnya kepastian hukum di negeri kita.

Kedua, belasan paket kebijakan ekonomi dikeluarkan oleh pemerintah, tercatat sekitar 16 paket kebijakan sudah dikeluarkan. Tujuan dari paket kebijakan itu untuk menyulap Indonesia menjadi negeri yang menjadi surga para investor.

Diantara paket kebijakan yang meniadakan barrier itu adalah: (1), liberalisasi di sektor imigrasi yang memudahkan kuli asing untuk bekerja di negeri kita. (2), kemudahan warga negara asing untuk memiliki properti di negeri kita. (3), kebijakan bebas visa untuk 169 negara, katanya untuk tujuan wisata, walaupun kenyataannya kunjungan wisata di negeri kita malah anjlok, dll. (4), pemangkasan sejumlah izin usaha, diantaranya terkait izin tentang AMDAL.

Sirnanya Meikarta

Hampir seluruh kebijakan yang meniadakan tirai negara kita itu nyaris tidak menggoda para investor untuk mendaratkan uang nya di sejumlah paket kebijakan yang ditawarkan oleh pemerintah.

Masalahnya karena tidak dimulai dengan menata dan membangun kapasitas bernegara. Akibatnya dikuatirkan tidak terjadi kesinambungan di dalam pembangunan. Masalah yang lainnya tentu adalah tidak adanya kepastian hukum dan tidak adanya kepercayaan terhadap pemerintah yang berkuasa.

Dengan adanya masalah hukum yang melilit Meikarta dan bos nya James Riady, dipastikan akan turut mengubur mimpi indah untuk menyulap Indonesia menjadi surga bagi para investor.

Bisa dibayangkan orang hebat seperti James Riady dan Aguan saja tidak mampu menjamin dan melindungi projeknya dari tindakan penegak hukum. Padahal mereka selama ini dikenal sebagai shadow goverment, pemerintahan bayangan, yang mengatur regulasi hingga arah dari setiap pemerintah yang berkuasa. Sayonara Meikarta, sayonara James Riady..!![***]

Penulis adalah eksponen gerakan mahasiswa 1998 dan pemrakarsa Intelligence Finance Community (INFINITY).

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA