Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Petualangan Nilam Zubir, Ungkap Sejumlah Misteri Bali

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/derek-manangka-5'>DEREK MANANGKA</a>
OLEH: DEREK MANANGKA
  • Selasa, 24 April 2018, 09:12 WIB
Petualangan Nilam Zubir, Ungkap Sejumlah Misteri Bali
Nilam Zubir/Derek Manangka
BALI sebagai salah satu pusat tujuan wisata terkenal di dunia, keindahan dan etseteranya sudah banyak ditulis.

Yang menulis bukan hanya orang Indonesia. Tetapi orang asing dari berbagai negara.

Foto tentang keindahan Bali, juga sudah banyak direkam oleh para fotografer dan videomaker. Tingkat lokal sampai dunia.

Produser Hollywood menjadikan Bali sebagai tempat pembuatan gambar cerita film 'Eat, Pray and Love' yang dibintangi Julia Roberts membuktikan betapa Bali memiliki magnitude yang kuat. Tak cukup hanya buku dan foto yang menceritakan Bali. Tapi sebuah film romansa pun menjadi menarik buat penonton dunia, bila shooting dilakukan di Bali.

Tak ada yang bisa membantah bahwa tulisan dan foto-foto ataupun video-film tentang Bali, kalau dikerjakan oleh kalangan profesional selalu menghasilkan tanggapan decak kagum.

Sejauh ini memang belum ada data yang menyimpulkan, tentang berapa banyak buku, literatur dan foto serta video tentang Bali. Yang pasti jumlahnya, sudah tak terhitung.

Jadi dalam skala tertentu, dari segi literatur, Bali sudah terekspos secara masif.

Bisa dikatakan, semua sudut Bali sebetulnya telah terekspos. Manusia dan alamnya, sudah masuk dalam dokumentasi berbagai perpustakaan dunia. Perpusatakaan pribadi maupun publik.

Hampir tak ada lagi sisi yang bisa ditulis dan dipotret tentang pulau wisata ini.

Namun tidak demikian Bali di mata seorang Nilam Zubir. Mahasiswi berusia 21 tahun, yang tengah mengejar gelar S-1 jurusan Hukum Ketatanegaraan di Universitas Indonesia.

Seorang wanita muda yang dinamis, penuh kreativitas dan memiliki banyak talenta.

Pemimpin Redaksi majalah Best ini memiliki kepekaan yang luar biasa tentang Bali.

Sekalipun ia bukan penduduk Bali, Nilam yang tinggal di Depok, Jawa Barat, tetapi nalarnya mampu menerawang -melihat dengan batin apa yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan tentang Bali.

Nilam sendiri juga bukanlah seorang fotografer profesional. Namun minatnya dalam dunia fotografi cukup besar.

Tatkala masih duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar, atau usia sekitar 11 tahun, Nilam telah mengikuti kursus fotografi di Lembaga Kantor Berita Nasional Antara.

Bayangkan anak berusia 11 tahun, sudah berani mengikuti pendidikan fotografi -yang biasanya hanya diminati oleh orang dewasa. Dan tentu saja, biasanya lelaki.

Bermodalkan pengetahuan fotografi dan sejumlah gagasan tentang Bali, setelah beranjak remaja, Nilam melakukan perjalanan ke Bali. Perjalanan yang lebih cocok disebut sebagai sebuah petualangan.

Tidak kurang dari enam kali kunjungan ke Bali, sampai akhirnya Nilam Zubir memutuskan untuk 'mengekspose' apa yang ada sekitar aliran sungai Pakerisan, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Tepatnya di tempat yang ada jajaran 11 buah Pura di daerah itu.

Daerah ini terkenal sebagai kawasan yang disahkan UNESCO -Badan PBB yang menangani bidang kebudayaan dan pendidikan, serta intelektual, sebagai warisan dunia.

"Jejak sejarah Pakerisan ini, bagaikan menapaki rangkaian zaman batu hingga zaman plastik. Tata kehidupan yang terukir dalam relief-relief dan artefak-artefak, menyiratkan kehidupan yang selaras dengan alam semesta," jelas Nilam tentang pilihan lokasinya.

Di lokasi itu Nilam memotret semua relief dan artefak. Semua fotonya menghasilkan sebuah rangkaian cerita panjang. Cerita yang selama ini masih merupakan misteri.

Mengapa disebut misteri? Sebab kisah yang berbentuk relief dan artefak itu, secara resmi dan profesional, belum direkam dalam bentuk dokumentasi.

Kisahnya hanya bisa dijelaskan atau ditafsirkan secara verbal oleh orang Bali yang leluhur mereka merupakan bagian dari peninggalan sejarah tersebut.

Tetapi yang menjadi lebih menarik dari petualangan Nilam di Bali –melalui karya foto-fotonya itu, soal kemampuannya menjelaskan secara runtun dan terstruktur tentang sejarah ke 11 jajaran Pura.

Nilam bagaikan seorang tour guide yang memandu wisatawan. Hanya bedanya, penjelasannya melalui fotografi.

Nilam misalnya memotret sebuah pintu masuk sebuah Pura. Di pintunya, terdapat urutan batu berbentuk tangga. Batu-batu itu tersusun rapih dan memiliki estetika tersediri.

Untuk menapaki bebatuan itu, seseorang yang melewatinya harus melakukannya dengan penuh kehati-hatian. Karena sedikit saja terjadi goncangan tubuh, maka bebatuan yang membentuk tangga itu akan berantakan. Batu-batunya jatuh dan tubuh yang sedang berada di atas bebatuan itu, ikut jatuh. Itu namanya sebuah kecelakaan. Biasanya, kecelakaan itu, berakhir dengan maut.

Kisah batu dan kecelakaan itu bisa menjadi sebuah cerita ritual.

Lalu ada sebuah foto yang hanya menggambarkan unggukan beberapa buah batu berdiameter sekitar 2 meter.

Batu-batu itu berada di tepi hutan. Tak jauh dari situ terletak sebuah tempat bersemedi.

Jadi batu-batu itu seakan menjadi penjaga keamanan bagi yang bersemedi di sekitar itu.

Untuk menjangkau tempat persemediannya, harus melewati sebuah jembatan kayu yang kelihatannya sudah rapuh.

Jembatan kayu itu satu-satunya sarana yang menghubungkan dua tebing yang terpisah dan curam.

Kalau kaki pelintas dua tebing, salah menginjak salah satu bagian yang rapuh dari jembatan kayu itu, resikonya ambruk dan jatuh ke tebing yang lumayan dalam. Resikonya juga bisa berujung maut.

Nilam mengaku untuk menghasilkan sebuah foto yang bisa ‘berbicara’, dia harus menyeberangi tebing itu melalui jembatan tadi. Dan dia selamat.

Mendengarkan Nilam berkisah tentang foto-foto karyanya, seakan kita ikut berpetualang ke sebuah situs berlegenda di Tampaksiring. Sebuah tempat terkenal dimana Soekarno, Presiden pertama Indonesia dan Proklamator membangun istananya di pinggir tebing.

Koleksi lengkap dari sekitar 100 buah foto karya Fotografer Nilam Zubir, sejak Sabtu 21 April dipamerkan di Hotel Sultan, Jakarta. Berakhir 30 April 2018.

Banyak undangan yang hadir di pembukaan pameran The Other Spot of Bali, sepakat, karya Nilam Zubir bukan lagi hasil karya seorang amatiran.

Nilam, gadis hitam manis berkacamata ini, telah membuktikan bahwa seorang jurukamera amatir, sesungguhnya bisa menghasilkan karya setara buatan para profesional.

Foto-foto yang dipamerkan Nilam, bila dikompilasi dan disusun secara apik, kompilasi itu bisa berbentuk sebuah buku panduan wisata.

Dengan panduan itu, setiap wisatawan bisa menelusuri jejak-jejak leluhur orang Bali sekaligus menyelami kehidupan mereka di era ratusan tahun lalu.

"Anda memiliki bakat, kepekaan dan cita rasa yang luar biasa Nilam," komentar seorang undangan.

Saya sendiri mengaku 'cemburu' dengan apa yang dipamerkan Nilam.

"Saya pernah tinggal di Bali selama dua tahun. Di sana saya menerbitkan koran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sekaligus. Sebagai wartawan mestinya saya banyak tahu hal yang perlu diekspos tentang Bali. Tapi saya tidak pernah tergerak, berpikir seperti kamu. Yang hanya melalui kunjungan enam kali, mampu menghasilkan karya bernilai tinggi," ujar saya memuji Nilam.

"Terima kasih Om," jawab Nilam sembari memberi salam seperti orang Bali.

Itulah Nilam Zubir, gadis generasi Milenia yang tanpa sengaja telah membuka berbagai misteri tentang Bali, melalui visual fotografi. [***]


Penulis merupakan Wartawan Senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA