Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Al-Jazeera Atau Nickelodeon?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-takdir-5'>MUHAMMAD TAKDIR</a>
OLEH: MUHAMMAD TAKDIR
  • Kamis, 08 Juni 2017, 09:54 WIB
LAKSANA petir di siang bolong, Arab Saudi bersama 6 negara lainnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar (5/6). Dipimpin Arab Saudi, keenam negara itu adalah Mesir, UAE, Bahrain, Yaman, Libia dan Maladewa. Ketegangan diplomatik yang berlangsung cepat dan drastis membuat spekulasi masa depan Qatar di Timur Tengah menjadi taruhan berat. Meskipun sebenarnya, ini bukan kali pertama Qatar mengalami bully pemutusan hubungan diplomatik oleh Saudi.
 
Arab Saudi pernah menarik sepihak Duta Besarnya dari Doha, Qatar pada tahun 2002 sebagai reaksi terhadap komentar kritis beberapa dissident terkait keluarga raja Saudi yang kebetulan disiarkan Saluran TV Berita Al-Jazeera. Pada tahun 2014, Saudi bersama UAE dan Bahrain kembali melakukan hal serupa dengan membekukan sementara hubungannya dengan Qatar sebagai imbas dari tuduhan Riyadh yang menganggap Doha mendukung Kelompok Ikhwanul Muslimin.
 
Kehadiran dan penetrasi Al-Jazeera di kawasan selalu problematik bagi sebagian besar monarki di Teluk. Pengaruh dan efek Al-Jazeera dengan siaran pemberitaannya, documentary dan reportase lainnya yang kerap berani menyoroti kehidupan dan kekuasaan royal family di Saudi maupun perilaku penguasa lainnya di Timur Tengah belakangan ini menjadi persoalan tersendiri sejak Arab Spring. Ini yang sering disebut menjadi batu sandungan Qatar vis-a-vis Saudi, Bahrain dan UAE ataupun negara-negara Teluk lain yang kekuasaannya memang masih bertumpu pada royal family atau otokrasi kelompok.
 
Salah satu program acara Al-Jazeera yang konon memperoleh sorotan tajam - bukan karena daya tarik entertainment program itu adalah "Sharia and Life" yang diasuh Yusuf Qaradawi. Figur ini menjadi tokoh yang paling diantisipasi oleh para pejabat pemerintahan negara-negara Teluk karena afiliasi dan pandangan-pandangan politiknya yang sangat keras. Washington menyebutnya notorious, anti-semitik dan anti-Amerika.
 
Banyak negara Teluk sejak lama telah mendesak agar Qatar “menertibkan” Al-Jazeera untuk sedikit menahan diri dari sensitivitas isu berbagai reportase mereka mengenai kehidupan sosial politik di negara-negara monarki Arab atau yang pemerintahan yang punya masalah dengan demokrasi di kawasan. D Gram dari Associated Press pernah menulis liputan pada tahun 2008 yang salah satu bagiannya menyebutkan bahwa hampir semua pemerintah negara-negara Arab tidak menyukai Al-Jazeera karena media itu seolah-olah “has been kicked out of every single Arab country”.
 
Maka tidak heran bila saat ini muncul anekdot jika negara-negara monarki di Teluk merasa “gelisah” untuk melepaskan diri dari bayangan liputan Al-Jazeera. Kemasan reportase Al-Jazeera yang dianggap lebih banyak memiliki nuansa opiniated menjadikan monarki royal sangat rentan terhadap pembusukan. Ini yang ingin mereka hindari. Tetapi masalahnya jika “get rid of Al-Jazeera” dilakukan, maka negara-negara Arab itu akan berakhir dengan channel kartun Nickelodeon sebagai satu-satunya tontonan menarik di kawasan.[***]


 (twitter@emteaedhir)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA