Lawan kantuk menenggelamkan lelah
Adzan subuh datang dari Munasah
Mengagungkan lembut asma Allah
Kopi Pait menemani pagi nan cerah
Koran pagi dihiasi narasi menyerah
Senyum Kanzia, Pesan hilang resah
Jaga masa depan kami hai Ayah
Dara manis berkerudung putih
Lembut hati tinggi nalar diasah
Kanzia dara ku penghilang resah
Revoluna simbol tak Kenal menyerah
Mbah Dahlan mendirikan Muhammadiyah
Semangat Tajdid tak boleh punah
Begawan revolusi Jiwa Sang Pencerah
Sayyid kekuatan nurani penjaga amanah
Tembok tinggi benteng nan gagah
Gemericik air temani sujud bersajadah
Kau Sari hidup jiwa sabar nan mewah
Kau Matahari Bantu Bulan Terangi Sejarah
Lembut pedas kari kambing Aceh
Subuh Berteman amis ikan basah
Ketika semua harapan seolah musnah
Tangis malam berdoa Berteman sajadah
Laki kecil penuh cita tak Kenal menyerah
Perempuan desa yatim lugu berkawan sajadah
Senyawa cinta tersungkur terusir menolak kalah
Senyawa cinta abadi yang dirindukan Jannah
Dunia berhenti berputar hai Ayah
Mata gelap meraba mencari arah
Ketika aku mulai mengaku kalah
Kau marah, dan bentangkan sajadah
Tubuh kecil kayuh becak rujak dengan gagah
Aku tahu tubuh kecil itu berdoa tanpa sajadah
Dewi kampung adalah hadiah bak Nur terindah
Nur yang mengajarkan diam berteman sajadah
Perempuan lugu sabar menerima amarah
Kekuatan itu adalah tangis berkawan sajadah
Engkau Nur yang menerangi penghuni Rumah
Engkau Dewi Sejati bagi calon pelukis sejarah.
[***]
Sepanjang Jalan Jakarta-Karawang,
Minggu, 11 Desember 2016
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: