Dengan batas apa
Hati, dan jutaan jiwa dijauhkan
Oleh petaka ideologi dan kekuasaan?
Dengan garis apa
Raga, dan selaksa rasa dipisahkan
Oleh sengkala kesombongan
Senjata, dan keakuan perang?
Padahal batas dan garis hanya tanda
Ia bukan makna
Ia bukan fatwa
Bukan pula firman yang menentukan hidup kita
Katakan, katakan hidup ini hanya persinggahan
Apakah ia memilih ke selatan
Atau ke utara
Bukan garis demarkasi yang bicara
Bukan batas kaki yang meratap
Tak berdaya di tembok batas
Yang bertabur kisah-kisah resah
Abad dan abad hanya dongeng
Tentang rudal, nuklir, kapal selam, pengintaian, dan teror pernyataan
Lihatlah Kim Jong-un
Dari dimensi kemanusiaan
Berjarak dari citra buatan Amerika
Yang ketakutan
Atau opini setan-setan global
Yang merasa berhak
Atas semua sudut dunia
Bukankah anak muda itu seperti anak-anak kita juga
Bahkan dengan timbunan beban warisan sengketa
Hati utara dan rasa selatan
Hati selatan dan rasa utara
Akankah dianggengkan
Dengan kawat berduri demarkasi
Ketika ratapan utara
Adalah jerit selatan
Ketika ratapan selatan
Adalah jerit utara
Camkanlah Tuan-tuan
Bukan senjata
Yang lalu berebut
Mengapungkan suara-suara...
Paju, 26 Oktober 2016
BERITA TERKAIT: