Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Impor Jeroan Sapi Langkah Mundur Sektor Pertanian Dan Perdagangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 22 Juli 2016, 02:23 WIB
Impor Jeroan Sapi Langkah Mundur Sektor Pertanian Dan Perdagangan
rmol news logo Kebijakan Pemerintah terkait impor jeroan sapi merugikan peternakan rakyat, berdampak negatif terhadap kesehatan serta dapat merendahkan martabat bangsa. Karena pada kenyataannya jeroan sapi di luar negeri dikonsumsi sebagai pakan ternak dan hewan peliharaan.

Karena itu anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Hermanto, meminta pemerintah untuk menyetop impor jeroan sapi dari luar negeri. "Kebijakan ini sebagai langkah mundur pemerintah di sektor pertanian dan perdagangan," tegas Hermanto dalam keterangannya (Kamis, 21/7).

Hermanto menambahkan, pada prinsipnya PKS setuju dengan rencana pemerintah menurunkan harga daging sapi hingga mencapai Rp. 80.000 per kilogram. Namun, bukan dengan cara mengimpor jeroan yang diharapkan menjadi substitusi bagi masyarakat menengah ke bawah yang tidak dapat membeli daging sapi.

"Artinya masyarakat digiring untuk mengkonsumsi makanan yang tidak sehat. Tentu ini cara berfikir jangka pendek dan bukan terobosan kebijakan yang diharapkan untuk mengatasi gejolak kenaikan harga daging sapi," kesalnya.

Oleh karena itu, Fraksi PKS menawarkan solusi untuk mengatasi fenomena kenaikan harga daging sapi yang terus merangkak naik. Yaitu, dengan mendorong pemerintah untuk melanjutkan program swasembada daging sapi, pengembangan peternakan rakyat, dan memperbaiki sisi permintaan (demand) dari masyarakat.

"Kebijakan yang digulirkan harus kompehensif, yaitu tidak hanya sisi supply-nya saja yang dibenahi, tapi demand-nya juga perlu diperhatikan," ungkap wakil rakyat dari Daerah Pemilihan Sumatera Barat I ini.

Misalnya, dia mencontohkan, adanya beragam substitusi daging sapi yang sehat dan bergizi, seperti daging ayam, telur atau komoditas lainnya. "Atau program diversifikasi melalui swasembada protein karena sumber protein bukan hanya dari daging sapi tetapi juga bisa dari ikan atau lainnya," ucapnya.

Sementara dalam hal perbaikan dari sisi demand, Fraksi PKS mengambil contoh perilaku konsumen. Misalnya, saat datangnya bulan Ramadan. Seharusnya terjadi penurunan konsumsi karena puasa, namun demand daging malah meningkat.

"Kementerian Pertanian dapat bekerjasama dengan MUI misalnya, untuk menyadarkan masyarakat dalam menghadapi datangnya bulan Ramadhan, sehingga sisi demand (permintaan) akan daging sapi juga menjadi lebih baik," demikian Hermanto. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA