Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menghalalkan Segala Cara, Ahok Seorang Machiavelis Paripurna

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 20 Juni 2016, 15:02 WIB
Menghalalkan Segala Cara, Ahok Seorang Machiavelis Paripurna
rmol news logo Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama semakin meneguhkan dirinya bukan seorang politikus yang konsisten dan teguh pendirian. Setelah sebelumnya kerap pindah-pindah partai, kini dia buat akrobat politik baru.

"Ahok ini seorang Machiavelis, yang penting tujuan tercapai. Etika, moral nggak ada sama dia. Tidak perlu kucing hitam, kucing putih, yang penting bisa tangkap tikus," tegas pengamat politik senior DR. Syahganda Nainggolan saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu (Senin, 20/6).

Praktik "Machiavelis" merujuk pada diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsuf, Niccolo Machiavelli. Lewat bukunya The Prince (1932), dia menyatakan bahwa semua hal dan cara dapat diusahakan untuk membangun dan melestarikan kekuasaan.

Syahganda menilai Ahok seorang Machiavelis karena saat ini sudah mulai membuka kemungkinan akan didukung partai politik pada Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang.

Padahal Ahok sebelumnya sudah menegaskan akan maju lewat jalur perseorangan karena menganggap lewat partai syarat kepentingan. Bahkan sudah mengumpulkan KTP, yang diklaim relawannya sudah mencapai 1 juta dukungan.

Menurut doktor jebolan Universitas Indonesia ini, praktik politik yang dimainkan Ahok tidak sehat bagi perpolitikan nasional. Mantan Bupati Belitung Timur itu juga tidak memberikan edukasi politik yang baik.

"Kalau mau memberikan edukasi politik yang baik, dia harus konsisten maju lewat independen. Karena dia tidak suka partai yang dituduhnya transaksional. Jadi dia harus konsisten," tegas Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle ini.

Jauh sebelumnya atau saat masa Pilgub DKI Jakarta 2012, Syahganda menilai Ahok layak mendapat Kutu Loncat Award. Karena sebelum diusung PDI Perjuangan dan Gerindra sebagai cawagub mendampingi Jokowi, Ahok adalah politisi partai Golkar, yang sebelumnya juga menjadi politisi Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB).

"Bila ada Kutu Loncat Award, maka Ahok (panggilan akrab Basuki) yang pertama layak jadi juara," ungkapnya saat itu. [Baca: Syahganda Nainggolan: Ahok Layak Dapat Kutu Loncat Award]

Ketika itu dia menjelaskan integritas politisi kutu loncat ini layak dipertanyakan dan dipersoalkan. Sebab sang politisi jenis ini tidak memiliki integritas dan tanggung jawab sosial kepada konstituen.

Apalagi, contoh seperti Ahok, sudah mendapat kepercayaan dari publik untuk memegang amanah dan jabatan tinggi dalam politik sebagai anggota DPR. Artinya, Ahok tidak benar-benar serius memegang amanah yang telah berada di pundaknya karena saat itu meninggalkan kursi DPR untuk maju di Pilgub Jakarta. "Yang dipikirkan politisi kutu loncat hanya kepentingan dirinya sendiri," ungkapnya.

Sebelumnya pada tahun 2004 lalu, Ahok terpilih sebagai anggota DPRD Belitung Timur. Namun setahun kemudian dia tinggalkan karena maju menjadi calon Bupati Belitung Timur dan terpilih. Ahok pun hanya sekitar 1,5 tahun jadi bupati. Dia mundur karena maju sebagai calon Gubernur Bangka Belitung. Meski akhirnya kalah. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA