Dibimbing petugas Posyandu yang juga pengurus Tim Penggerak (TP) PKK desa setempat, Pamuji, Aisyah dilakukan penimbangan. Ketua TP PKK Propinsi Jateng Siti Atiqoh Supriyanti turut mendampingi Puan dalam peninjauan kesempatan tersebut. Setelah ditimbang, Aisyah diketahui beratnya sekitar 6,5 kilogram.
"Membangun keluarga yang tangguh dan unggul itu dimulai dengan menjaga kualitas makanan. Konsumsi yang pertama dalam kehidupan keluarga adalah ASI ekslusif sampai dengan 6 bulan, setelah itu diberi makanan pendamping," pesan Puan di Sukoharjo (Jumat, 13/5).
Acara timbang bayi Aisyah ini merupakan salah satu rangkaian Kunjungan Kerja Puan di Sukoharjo. Hadir dalam acara tersebut Kepala BKKBN Surya Chandra Surapatty, Plh Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Ketua TP PKK Jateng Siti Atiqoh Supriyanti, Bupati Sukoharjo Wardoyo Widjaja, Bupati Wonogiri Joko Sutopo dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) setempat.
Menko juga memberikan bantuan berupa 1 Ton PMT AS untuk anak SD, 2 Ton PMT Bumil, 2 Ton MP ASI untuk ibu menyusui dan balita, 1 board games 'Aku Anak Indonesia' untuk PAUD, 1 dos buku bacaan SD, 1 dos buku bacaan PAUD, 500 bantuan paket sandang untuk peserta PKH dan 200 lembar leaflet, 3 buah banner dan 5 buah CD/film promosi kesehatan.
Selain itu bantuan kepada PAUD senilai Rp 8,4 miliar, 1 set kit monitoring faktor resiko penyakit tidak menular dan 1 unit motor trail untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Sukoharjo.
Dalam pengarahannya, Menko PMK mengungkapkan bahwa percepatan pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, pemerintah melakukan upaya melalui penyatuan kegiatan Kampung Keluarga Berencana (KB) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Selain itu juga 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) serta Program Keluarga Harapan (PKH).
Diharapkan, melalui penyelarasan lintas kegiatan tersebut masyarakat akan memperoleh fasilitas dan pembinaan yang berkelanjutan di dalam membangun keluarga yang sehat, mandiri dan sejahtera. Puan memberikan perhatian khusus terhadap perencanaan keluarga yang merupakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga.
"Terlepas masalah budaya, tapi kita harus bisa mengerem bonus demografi. Kalau punya anak rata-rata 5, 6, 7, sampai 12. Ke depan kita (terus) monitor, kita lihat, apa yang terjadi setahun setelah pencanangan apakah ada pelambatan angka kelahiran," demikian Puan.
[ysa]