
. May Day atau Hari Buruh merupakan tonggak perjuangan buruh yang belum selesai dan mungkin tidak akan pernah selesai. Karena itu dalam setiap May Day, gerakan buruh harus mengungkap permasalahan nyata yang sedang dihadapi.‎
"Jadi May Day harus tetap menjadi perjuangan kolektif, tidak terpecah-pecah oleh kegiatan lain yang substansinya menyimpangkan nilai perjuangan buruh," kata Ketua Umum FSP Maritim Indonesia, Moh Jumhur Hidayat, dalam Dialog Publik Pra May Day yang diselenggarakan Serikat Pekerja Nasional (SPN) di Bogor, Jawa Barat (Rabu, 27/3).Â
‎Jumhur menjelaskan bahwa masih banyak orang yang beranggapan buruh itu pekerja kasar. Padahal selain komisaris dan direksi, semua itu adalah buruh. Sedangkan komisaris dan direksi adalah wakil dari pemilik modal.Â
‎‎Karena itu Jumhur meminta agar tak ada yang memandang sebelah mata gerakan buruh yang sedang menuntut haknya, karena dengan perjuangan itu para karyawan kantoran pun menerima dampak nyata dalam peningkatan kesejahteraannya. Lebih jauh Jumhur mengungkapkan bahwa ketimpangan Indonesia semakin menjadi-jadi.Â
‎‎"Dulu waktu Orde Baru runtuh, tingkat kesenjangan hanya 0,32. Sekarang lebih dari 0,41. Artinya reformasi dalam rangka pemerataan jelas gagal," tegas Jumhur. ‎
‎Diungkapkan Jumhur, rezim pemerintahan ini sudah mirip-mirip Orde Baru. Bahkan pernah ada ide memenjarakan penghinaan terhadap Presiden dan pencemaran nama baik jadi alat bungkam kepada aktivis. Bahkan sekarang inijuga ada 26 buruh yang diadili karena aksinya.Â
‎‎Namun Jumhur mengatakan bahwa keadaan sekarang bisa lebih berbahaya karena gerakan rakyat termasuk gerakan buruh bukan berhadapan hanya dengan penguasa yang kala itu notabene militer, tetapi saat ini adalah penguasa yang yang dikendalikan oleh korporasi (pengusaha)  termasuk menggunakan alat negara seperti polisi dan tentara untuk mencapai tujuannya. Dengan begitu, kekuasaan bisa menjadi liar.Â
‎‎"Kasus penggusuran masyarakat Pasar Ikan dan penguasa yang ketakutan membatalkan reklamasi adalah contoh nyata fenomena ini. Jadi pemerintah yang seharusnya santun dan sopan kepada rakyat sekarang malah membungkuk-bungkuk kepada pengusaha dan pemodal. Sementara kepada rakyat semakin bengis walau tidak harus berwajah bengis," demikian Jumhur. Â
‎Dalam dialog ini hadir juga  sebagai pembicara Iwan Kusmawan (Ketua Umum SPN) dan Ribut Santoso (Ketua Litbang). Sementara peserta dialog adalah pimpinan SPN dari Kab/Kota Bogor, Sukabumi depok dan Bekasi yan akan memimpin aksi May Day mendatang.‎
[ysa]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: