"Teguh Santosa merupakan sosok muda, nasionalis, progressif, dan mewakili kelas menangah terdidik. Sosok Teguh juga sangat tepat untuk memimpin Jakarta yang plural ini," kata Direktur Eksekutif Aufklarung Institut, Dahroni Agung Prasetyo, saat berbincang dengan redaksi beberapa saat lalu (Minggu, 24/4).
Agung kembali mengingatkan bahwa Jakarta merupakan barometer Indonesia dan sudah barang tentu dinamika politik di Jakarta sedikit banyak mempengaruhi dinamika politik nasional. Suhu politik yang tidak kondusif di Jakarta dikhawatirkan bisa merembet ke daerah-daerah lain.
Karenanya, Agung mengingatkan elit politik untuk tak sekadar memikirkan kepentingan politik sesaat.
"Persoalan paling mendasar adalah menyelamatkan gagasan kebangsaan dan keindonesian kita. Ini benar-benar harus kita perhatikan di tengah dinamika politik yang mengarah ke titik ekstrem di Jakarta," ujar Agung.
Bagi Agung, Teguh adalah jawaban atas persoalan Jakarta tersebut. Teguh bisa menjadi jembatan dan penengah di antara dua bandul di Jakarta
Berdasarkan survei Kelompok Diskusi dan Kajian Publik Indonesia (KedaiKOPI) yang digelar pada 18 sampai 21 April, popularitas Teguh mencapai 12,9 persen. Ini terbilang sangat bagus karena sosilisasi baru dilakukan tiga pekan lalu.
Sementara itu, tingkat penerimaan publik terhadap Teguh juga cukup signifikan yakni 47,1 persen. Sementara tingkat keterpilihannya baru 1,3 persen, setara dengan elektabilitas Jenderal (purn.) Moeldoko dan Ahmad Dhani.
Elektabilitas tertinggi masih dimiliki incumbent Basuki Tjahaja Purnama (45,5 persen), diikuti Yusril Ihza Mahendra (9,5 persen) dan Adhyaksa Dault (4,3 persen).
"Mencermati hasil survei ini saya kira Teguh bisa memberi kejutan-kejutan baru. Tapi semua tergantung skenario kampanye yang dipilihnya," kata polster KedaiKOPI, Hendri Satrio, Jumat lalu (22/4).
[ysa]
BERITA TERKAIT: