"Buktinya, kereta logistik di jalur itu hanya mengangkut sekitar 10% dari target 1 juta TUEs (Twenty Foot Equivalent Units)," tegas anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono, dalam keterangan persnya, Sabtu (20/2).
Menurutnya, kegagalan angkutan kereta logistik itu disebabkan infrastruktur di sepanjang jalur
double track kurang memadai dan biayanya relatif mahal.
"Jalur itu sangat
crowded, stasiun umumnya berada di tengah kota, jalan ke luar masuk stasiun sempit, infrastruktur stasiun minim seperti tidak adanya depo kontainer. Di tiga provinsi yang dilalui jalur itu juga terdapat 1.400 lintas sebidang, 60% di antaranya belum dijaga petugas," ujar Bambang
Akibatnya, 200 rangkaian kereta yang melalui jalur ganda itu setiap hari membuat lalu lintas jalan semakin padat dan berisiko tinggi terjadinya kecelakaan.
"Apalagi saat ini sekitar 2 juta truk simpang siur di jalan raya, ditambah ribuan kendaraan di daerah setempat," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: