Demikian disampaikan Koordinator Nasional Jaringan Nasional Relawan Aswaja, Arief Rachman. Menurut Arief, selama ini rakyat di-ninabobokan dengan mangkraknya proyek infrastruktur yang dikerjakan perusahaan Jepang yang menggunakan jaminan APBN seperti proyek monorail di Jakarta dan pembangkit listrik di beberapa daerah.
"Cengkraman dan pengaruh Jepang sangat kuat di Tanah Air sehingga banyak pejabat negara, pengusaha, akademisi dan pengamat yang
Japan minded," kata Arief dalam keterangan beberapa saat lalu (Rabu, 17/2).
Arief menilai, polemik yang timbul terkait dengan proyek ini seakan dicari-cari agar proyek kereta cepat Jakarta-Bandung gagal. Misalnya, mulai dengan mempersoalkan regulasi, sumber pendanaan, perizinan, Amdal sampai hitung-hitungan ekonomisnya. Pendapat miring dan asal bunyi tak berdasar, serta informasi yang validitasnya dipertanyakan pun tanpa ragu terus dihembuskan untuk memancing respon publik.
"Mungkin, arwah Willem Daendels akan tertawa terbahak-bahak melihat perdebatan anak bangsa tentang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, karena Daendels 3 Abad yang lalu sudah membuka jalan Anyer-Panarukan sedangkan kita masih berdebat perlu tidaknya kereta cepat," ungkap Arief.
Arief pun heran sebab Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam sudah lama mempunyaa kereta cepat, sementara sebagian orang di Indonesia masih ribut dan jalan di tempat. Padahal kereta cepat diharapkan dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan mempercepat pembangunan nasional.
"Maka dari itu, berhentilah berdebat tentang hal yang tidak substaintif karena Indonesia harus membangun dan bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga," demikian Arief.
[ysa]
BERITA TERKAIT: