"Dari sisi keamanan penyelenggaraan harus diakui bahwa aparat telah berhasil menjaga pelaksanaan pilgub yang aman dan damai, meski banyak insiden yang terjadi sebelum pencoblosan," kata Koordinator Gugus Tugas Pemenangan DPP PDI Perjuangan, Deddy Yevri Sitorus, dalam jumpa pers yang dilakukan di kantor DPD PDI Perjuangan Kalimantan Tengah (Kamis, 4/2).
Deddy menekankan bahwa kedamaian itu juga merupakan bagian dari kontribusi pihaknya yang tidak merespon berbagai intimidasi, kekerasan dan kecurangan yang terjadi di berbagai tempat. Pihaknya lebih memilih menggunakan saluran-saluran yang disediakan oleh UU untuk menyekesaikan berbagai permasalahan yang terjadi.
Lebih lanjut, Deddy menjelaskan bahwa banyak oknum penyelenggara dan pengawas pemilu yang terlihat tidak netral dan bahkan terang-terangan memihak atau menguntungkan salah satu pasangan calon (paslon).
"Kami tidak tahu apakah hal ini ada kaitannya dengan informasi yang diterima mengenai keterlibatan istri salah satu pimpinan KPU Provinsi sebagai tim sukses paslon dalam pilgub ini," ucap Deddy.
Istri pimpinan KPU itu, lanjutnya, terlihat aktif dalam kegiatan kampanye paslon dan dalam kegiatan yang diselenggarakan KPU. Deddy memastikan semua informasi ini akan dibawa ke DKPP untuk mendapatkan pembuktian. "Kami tidak ingin menuduh sembarangan, biarlah informasi itu nanti diproses di DKPP," terangnya.
Dari rangkaian proses rekapitulasi tingkat kabupaten-kota yang baru selesai kemarin, pihaknya memutuskan walk out dengan menyampaikan keberatan di setidaknya 4 kabupaten karena masukan tentang berbagai pelanggaran berat, ketidaktelitian dan potensi kecurangan yang tidak direspon dengan cara sepantasnya. Pihaknya terpaksa walk out karena ingin menjaga suasana yang kondusif, kami tidak ingin akar rumput bergejolak karena masalah ini.
"Berbagai temuan ini nanti akan disampaikan dalam pleno rekapitulasi di provinsi. Penyelenggara dan pengawas buruk sekali, meski banyak juga yang melakukan tugasnya dengan baik. Tapi akumulasi temuan yang ada hanya menyimpulkan satu hal, dari sisi kualitas penyelenggaraan buruk sekali," ujar Deddy.
Pihaknya mencatat bahwa partisipasi pemilih sebenarnya sangat rendah. Dari laporan yang dikumpulkan sebenarnya partisipasi itu hanya dikisaran 40 persen, selebihnya kemungkinan besar adalah pemilih hantu. Surat undangan banyak yang tidak disampaikan kepada pemilih, banyak pemilih yang tidak berhak dimobilisasi untuk mencoblos.
Sebaliknya, ungkapnya lagi, warga di pedalaman yang ada dalam DPT tapi hanya membawa KTP malah disuruh memfotocopy KTP padahal jaraknya belasan kilometer dari TPS.
"Ada form C1 yang tidak ditandatangani oleh petugas, perubahan yang tidak disertai berita acara, dan berbagai penyimpangan serta kelalaian fundamental lainnya. Praktek politik uang, intimidasi kepala desa dan banyak lagi. Itulah kenapa kami mengatakan kualitas pilgub ini sangat buruk, bahkan jika dibandingkan dua pilgub sebelumnya," tegas Deddy.
[ysa]
BERITA TERKAIT: