"Ini sungguh ironis, karena Maluku memiliki 25 blok migas dan kemungkinan akan terus bermunculan," kata Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, kepada redaksi (Senin, 25/1).
Untuk itu, jelas Rizal, pengelolaan migas di blok Masela harus diubah sehingga rakyat mendapatkan manfaat, industri bertumbuh, dan kesejahteraan membaik. Dengan adanya unit pengolahan gas di Pulau Selaru, sekitar 90 km dari Masela, maka ini tentu bisa membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal.
Pemerintah sebagai pemegang amanah kekuasaan yang diberikan rakyat, sambung Rizal, tentu juga memperhatikan aspirasi rakyatnya. Pada konteks blok Masela, masyarakat dan tokoh-tokoh Maluku menghendaki pembangunan kilang dilakukan di darat. Pertimbangannya, mereka juga menginginkan manfaat sosial dan ekonomi dari pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
"Kondisi ini dapat meningkatkan pengembangan wilayah sekitarnya menjadi kawasan downstream industry. Industri pupuk, petrokimia, gas untuk bahan bakar dan produk substitusi lainnya adalah beberapa di antaranya yang bakal lahir," ungkap Rizal.
Dampak ikutan lainnya, sambung Rizal, Selaru dan pulau-pulau sekitarnya akan hidup dan ramai oleh kapal-kapal dan penerbangan dari berbagai wilayah yang akan ramai pulang-pergi ke sana. Tak pelak lagi, dibutuhkan lapangan terbang baru. Pada gilirannya Selaru benar-benar menjadi kota sibuk yang memberikan manfaat ekonomi bagi penduduknya.
"Maka akan lahir kota Balikpapan atau Bontang baru. Kondisi ini akan menciptakan lapangan kerja yang sangat berarti bagi rakyat di kawasan itu. Ini adalah salah satu contoh dari
multiplier effect yang bisa langsung dirasakan. Bahkan bukan mustahil, dalam 10 tahun Selaru bakal menyalip Bontang dan Balikpapan," jelas Rizal Ramli.
[ysa]
BERITA TERKAIT: