Proyek ini bukan merupakan proyek pipa terbesar di Indonesia, karena sebelumnya juga pernah dibangun jalur pipa gas laut. Misalnya, North Bali ke Gresik sepanjang 370 Km; lapangan Kakap Natuna ke Singapura sepanjang 500 Km; lapangan Koridor Jambi ke Singapura sepanjang 248 Km; dan lapangan Kepodang ke PLTU Tambaklorok di Semarang sepanjang 100 Km.
Demikian disampaikan Tenaga Ahli Bidang Energi di Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Dr. Haposan Napitupulu. Pernyataan Haposan ini untuk menanggapi perkataan Faisal Basri bahwa apabila benar dikerjakan di darat maka proyek ini adalah proyek pipa terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
Haposan juga menegaskan bahwa jenis pipa yang akan dipergunakan untuk transportasi gas di laut merupakan jenis pipa khusus yang dapat menahan tekanan kedalaman air sekian ribu meter, karena posisinya dipasang atau digelar di dasar laut dengan kedalaman sekian ribu meter. Pipa yang khusus untuk dapat menahan tekanan di kedalaman,
flexible untuk menahan arus dasar laut dan pergerakan dasar laut. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Konsultan JG Kenney yang telah mlakukan studi jalur pipa atas permintaan kontraktor Inpex.
"Sampai saat ini, jenis pipa dengan spek tersebut belum diproduksikan di Indonesia, artinya masih diimpor sebagaimana juga sebelumnya untuk beberpa jalur pipa gas seperti Natuna-Singapore, Kangean -Gresik dan lain-lain," kata Haposan dalam keterangan beberapa saat lalu (Sabtu, 23/1).
Haposan menjelasakan juga bahwa mengacu kepada biaya LNG Laut di Prelude, Australia, maka perkiraan biaya pembangunan skenario Kilang LNG Laut sekitar 23 sampai 26 miliar dolar AS. Sedangkan perkiraan biaya Kilang LNG darat, mengacu kepada biaya pembangunan 16 Kilang LNG darat yang telah terbangun di Indonesia dan 1 Kilang LNG yang masih dalam tahap perencanaan Kilang LNG Tangguh Train 3, diperkirakan mencapai 16 miliar dolar AS, termasuk biaya pembangunan jalur pipa laut 1,2 miliar dolar AS dan biaya pembangunan FPSO sekitar 2 miliar AS.
"Sehingga, secara keekonomian skenario LNG Laut lebih mahal, yang akan berakibat tingginya
cost recovery atau semakin berkurangnya pendapatan bagian negara, dibandingkan dengan Kilang LNG darat yang biayanya lebih murah," jelas Haposan, kembali membantah omongan Faisal Basri yang mengatakan biaya proyek ini akan semakin besar bila dikembangkan secara onshore
Haposan juga menekan bahwa tujuan investor membangun kilang LNG Laut bukan karena faktor pendapatannya tergerus sebagaimana disampaikan Faisal, melainkan untuk mendapatkan
cost recovery, dengan beberapa alasan.
Pertama, riset kilang LNG Laut dilakukan oleh Shell yang sekarang merupakan leading player di pembangunan LNG Laut, yang rencananya akan diimplementasikan untuk pertama kali di dunia di lapangan Prelude, Australia. Sehingga jika kilang LNG Laut akan diimplementasikan juga di Masela, maka proyek Masela akan menanggung biaya riset yg telah dikeluarkan oleh Shell.
Kedua, peralatan proses kilang LNG Laut hanya dibuat oleh Shell, sehingga refrigerant-nya proyek kilang LNG Laut di Blok Masela sebagai komponen utama proses LNG hanya akan disuplai oleh Shell, tidak ada pilihan lain.
Ketiga, dengan pemilihan kilang LNG Laut, harga gas sudah tidak ekonomis lagi bila digunakan sebagai bahan baku untuk industri petrokimia atau industri lainnya, karena LNG lebih mahal sebesar 5 sampai 6 dolar AS dibandingkan harga gas alam dari pipa. Sehingga LNG produk kilang LNG Laut akan "terpaksa" diekspor, khususnya ke Jepang, dalam rangka mengamankan security of supply.
"Pertimbangan persetujuan POD (Plan of Development) adalah perkiraan pendapatan bagian negara. Dengan lebih tingginya biaya kilang LNG Laut dibandingkan dengan skenario LNG Darat, tentunya bagian negara akan lebih besar dengan skenario LNG Darat dibandingkan dengan skenario LNG Laut," jelas Haposan.
Haposan menambahkan, bila saat ini berkembang kabar bahwa spekulan tanah dari Surabaya yang bekerjasama dengan oknum mantan pekerja SKK Migas telah "bermain" dengan telah menguasai tanah-tanah milik masyarakat di sekitar Saumlaki Pulau Yamdena dengan asumsi pengembangan gas adalah LNG Laut dengan Logistic Shore Base akan dibangun disekitar Saumlaki -Pulau Yamdena.
"Kabarnya para spekulan tanah tersebut telah menawarkan kepada Kontraktor INPEX, bahwa tanah yang ditawarkannya tidak untuk dijual tapi hanya untuk disewakan. Sementara itu, bila yang dipilih adalah skenario LNG Darat, hingga saat ini status kepemilikan tanah di sekitar pulau Selaru yang jarang penduduk sebagian besar masih berstatus tanah adat," tegas Haposan.
[ysa]
BERITA TERKAIT: