Juri kategori radio, Errol Jonathans, Chandra Novriadi dan Awanda Erna memberikan nilai tertinggi yaitu 260, menggungguli karya lain berjudul "Melebur alur, menangkal libur, di SDN pasang surut" dari
RRI Banjarmasin yang mendapat nilai 242.
"Karya-karya yang masuk saat ini memang beda-beda tipis, secara umum peserta sudah memahami bagaimana membuat berita feature radio yang menarik, singkat dan enak didengar," kata Awanda Erna.
Namun para juri sepakat memenangkan karya Hermawan Arifianto dari
KBR Banyuwangi yang membagi paket siaran tersebut dalam tiga segmen singkat yang mudah didengar.
Chandra Novriadi menilai bahwa karya ini unggul karena banyak informasinya, banyak data dan narasumbernya, disertai teknik penyajian bersambung dengan durasi pendek yang cocok untuk siaran radio.
"Teknik siarannya memerlukan disiplin tinggi untuk membuat pendengar mudah mengingat kembali. Bila anaunser mempunyai karakter yang lebih keras akan lebih menarik, karena karakter yang muncul ini lembut kurang cocok untuk materi beritanya," kata Chandra.
Menurut Errol Jonathan, karya-karya yang masuk membuat persaingan menjadi ketat terutama ditilik dari ide-ide yang ditampilkan, menunjukkan keragaman isu, pemikian, juga dalam keragam peserta dari asal medianya seperti lembaga penyiaran publik dan swasta juga dari daerah daerah.
Tiga besar karya yang dipilih para juri menunjukkan kekuatan jurnalistik radio yang menampilan insert, narasi, juga original sound dan pemakaian sound effect.
"Alangkah baiknya bila pada kesempatan mendatang siaran bukan hanya mengangkat problem tetapi juga memberikan saran solusinya," kata Errol.
Pemenang Anugerah Adinegoro mendapat hadiah uang tunai Rp 50 juta, piagam dan tropi yang akan diserahkan pada puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Mataram 9 Februari 2016.
Anugerah Adinegoro merupakan penghargaan jurnalistik yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan berkaitan dengan Hari Pers Nasional (HPN) setiap tahun.
Nama Adinegoro diabadikan untuk Anugerah Karya Jurnalistik karena Adinegoro dipandang sebagai tokoh pejuang dan perintis pers yang dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari perjalanan pers nasional.
Djamaluddin Gelar Datuk Maradjo Sutan, nama asli Adinegoro, lahir pada 14 Agustus 1904, di Tawali, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Adinegoro adalah orang Indonesia pertama yang secara formal mempelajari ilmu publisistik di Jerman, selain mempelajari geografi, geopolistik, dan kartografi.
Lomba Karya Jurnalistik Adinegoro dimulai sejak tahun 1974. Saat itu diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Jakarta Raya, kemudian pada 1994 dialihkan dan diselenggarakan oleh PWI Pusat dan menjadi rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional.
[ald]
BERITA TERKAIT: