Demikian penilaian politisi senior Rachmawati Soekarnoputri. Menurut Rachmawati, pidato keduanya yang bersifat seremonial itu hanya bicara tetek-bengek tentang pembangunan fisik gedung layaknya
smart building ala James Bond. Hal yang dibicarakan misalnya hanya terkait dengan steril gedung maupun warna merah putih yang diigunakan.
"Yang dibicarakan bukan tentang substansi pemberantasan korupsi, padahal yang ditunggu rakyat bukan gedung tapi tindakan nyata dan bukti konkret mengusut kasus-kasus mega korupsi," kata Rachmawati dalam perincangan dengan redaksi beberapa saat lalu (Selasa, 29/12).
Korupsi yang harus diusut dan harus menjadi prestasi utama, lanjut Rachma, adalah membongkar skandal mega korupsi BLBI. Kasus ini sama saja dengan satu kasus berbanding 1.000 kasus korupsi.
"Bayangkan negara rugi Rp 640 triliun, tiap tahun bayar subsidi bunga obligasi rekap Rp 60 triliun, dan bayar utang pengemplang pajak obligor hitam karena dapat SKL R and D dari Megawati," kata Rachma.
Dalam kasus ini, lanjut Rachma, rakyat dipaksa membayar pajak dan uangnya dipakai bayar utang koruptor.
"Tanya apakah aset-aset yang dijaminkan masih ada? Konon sudah raib dijual mafia koruptor, jadi keuntungannya berlipat-lipat ganda dan rakyat yang menanggung beban utang seumur hidup. Nauzubilah min dzalik. Sangat tidak adil dan zalim," demikian Rahcma.
[ysa]
BERITA TERKAIT: