Demikian disampaikan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli. Pernyataan Rizal ini terkait dengan kesepakatan Indonesia dan Malaysia mendirikan CPOPC. Kesepakatan ditandatangi oleh Menko Rizal Ramli dan Menteri Perkebunan, Industri dan Komoditas Malaysia Amar Douglas Unggah Embas pada Sabtu lalu (21/11).
Menurut Rizal, CPOPC ini mirip dengan organisasi negara-negara ekportir minyak mentah, OPEC. Bagi Indonesia dan Malaysia, yang mengusai 85 persen produksi minyak sawit dunia, tentu saja CPOPC sangat penting. Lebih-lebih, jatuhnya harga kelapa sawit akan mempengaruhi perekonomian dua negara ini.
CPOPC, ungkap Rizal, akan membahas hambatan-hambatan perdagangan minyak sawit. Dan selain untuk meningkatkan daya saing di pasar dunia, CPOPC juga akan menggalakkan pertanian hijau dan berkelanjutan. Dengan demikian, pendapatan 4 juta petani sawit kecil di Indonesia, dan 500 ribu lainnya di Malaysia, juga akan meningkat.
Sementara Amar Douglas Unggah Embas menekankan bahwa CPOPC tidak akan mematok harga minyak sawit. CPOPC hanya berusaha memastikan harga minyak sawit yang berkelanjutan dengan mengorganisir dan melakukan harmonisasi manajemen stok minyak sawit.
Keanggotaan CPOC bisa diperluas ke negara-negara produsen sawit dunia seperti Brasil, Colombia, Thailand, Ghana, Liberia, Papua Nugini, Filipina dan Uganda.
Rizal menambahkan, sebagaimana dilansir
AsiaNikkei, CPOPC akan mengembangkan kerangka kerja industri minyak sawit yang berkelanjutan. Dengan menetapkan standar yang tinggi dalam pertanian sawit berkelanjutan, akan membantu pencegahan pembakaran hutan dan lahan.
"Kami tahu kami masih harus bekerja keras untuk meminimalisir dampak kabut asap," demikian Rizal.
[ysa]
BERITA TERKAIT: