Sepanjang hari kemarin, kondisi rupiah sudah melemah sejak dibuka di bursa perdagangan. Berdasarkan data dari
Bloomberg Dollar Index, rupiah diperdagangkan Rp 13.977 per dolar AS atau turun 36 poin dari hari sebelumnya Rp 13.941. Satu jam kemudian, terus melemah hingga turun 51 poin menjadi Rp 13.992.
Semakin siang, kurs rupiah pada perdagangan pasar rupiah terus melemah hingga level Rp 14.050 per dolar AS atau turun 109 poin sejak dibuka dan mencapai puncaknya di level 14.053 atau melemah 0,78 persen. Menjelang penutupan, rupiah mencapai level Rp 14.027. Tapi saat ditutup, rupiah kembali tembus Rp 13.998.
Jebloknya rupiah hingga menembus level Rp 14.000 baru pertama kali terjadi sejak krisis ekonomi 1998. Kendati demikian, pelemahan rupiah tidak sendirian, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga melemah, hanya Yen Jepang yang menguat 1,21 persen. Paling jeblok Ringgit Malaysia hingga 1,38 persen.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar AS betul-betul dimanfaatkan masyarakat untuk mengambil untung. Seperti penukaran uang di Valuta Inti Prima (VIP) yang berada di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, kemarin, ramai didatangi masyarakat.
Andi, pemuda 29 tahun ini memilih melepas dolar yang disimpannya karena nilai tukarnya sedang tinggi. "Saya mau lepas dolar 1.000 dolar AS yang saya punya. Soalnya butuh rupiah dan kebetulan nilainya sedang tinggi," kata dia.
Warga Bekasi ini mengaku sempat berniat untuk menahan dolar. Pasalnya, dia mendengar rumor kalau rupiah akan terus melemah hingga Rp 15.000 per dolar AS. "Isunya memang gitu, tapi sekarang memang lagi butuh, makanya lepas saja. Spekulasi saja," akunya.
Tak hanya di Jakarta, di Yogyakarta juga sama, masyarakat berburu untung dengan berbondong-bondong menukarkan dolar. Arifin, karyawan PT Sakti Songgolangit Muliatama mengatakan, terjadi peninggkatan transaksi sejak tiga pekan ini. "Peningkatan ini sudah terjadi sejak tiga minggu terakhir, apalagi sejak menembus Rp 14 ribu malah semakin ramai," kata dia.
Namun, dia enggan menyebut berapa rata-rata transaksi harian dan hanya menyebutkan beberapa hari ini naik hampir dua kali lipat. Kebanyakan masyarakat yang melakukan penukaran dolar ke Money Canger adalah masyarakat yang memang sengaja menjadikan dolar sebagai investasi,†ungkapnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Eugenia Mardanugraha memprediksi nilai tukar rupiah akan terus melemah bila tidak ada tindakan tepat yang dilakukan pemerintahan. Sebab, melemahnya rupiah yang terjadi saat ini sangat dipengaruhi kondisi pasar mata uang.
"Sepertinya para spekulan kurang respek dengan pemerintahan Jokowi saat ini sehingga mereka menarik dananya besar-besaran keluar dari pasar Indonesia sehingga rupiah terus terjerembab hingga masuk ke dalam jurang," kata Eugenia kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia juga menyarankan, pemerintah tidak mengambil cara instan dengan cara melakukan intervensi pasar dengan cara menggelontorkan dolar ke pasar uang. Sebab, daya tahannya tidak terlalu lama dan akibatnya bisa fatal karena cadangan devisa Indonesia bisa habis. "Intervensi paling lama hanya bertahan tiga hari setelah itu pasar akan kembali normal lagi," jelas dia.
Untuk itu, dia meminta kepada pemerintah membuat keputusan yang benar sehingga nilai tukar rupiah kembali menguat. Caranya dengan menarik investor dari luar negeri. "Semakin banyak investor yang menanamkan modalnya di Indonesia maka dengan sendirinya nilai tukar rupiah akan menguat," kata dia.
Selain itu, kata Eugenia solusi politik juga harus dikedepankan dengan cara membuat kebijakan yang populis dan jangan membuat kebijakan yang malah membuat pasar gaduh. "Seperti pergantian kabinet harus diisi orang yang disukai pasar, bukan orang yang dibenci pasar," kata dia. ***
BERITA TERKAIT: