Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kerjasama Antaragama harus Dibangun dari Fondasi Kejujuran

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 14 Agustus 2015, 03:57 WIB
Kerjasama Antaragama harus Dibangun dari Fondasi Kejujuran
rmol news logo Kerjasama antar-agama harus terus digalakkan untuk mencegah terjadinya gesekan bahkan benturan antar-umat beragama. Namun, kerjasama antaragama harus dibangun dari fondasi kejujuran antarumat beragama.

"Sikap keterbukaan dan kerjasama kelompok-kelompok moderat dari kalangan Muslim dan Kristen akan menjadi mekanisme untuk mencegah kesalahpahaman dan konflik yg dipicu perilaku ekstrem sebagian kecil kelompok agama. Kita mesti belajar dari kasus Tolikara," jelas Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq.

Dia menyampaikan itu saat menerima 21 peserta pelatihan kepemimpinan Institute Leimena dalam kunjungan ke kantor Maarif Institute di bilangan Tebet, Jakarta Selatan kemarin.

Fajar juga menegaskan bahwa forum kunjungan ini mesti menjadi media belajar dan dialog bersama untuk meneguhkan kebinekaan bangsa.

"Tidak selalu teman-teman ini yang belajar pada kami. Namun justru sebaliknya. Kami yang mesti banyak belajar dari Timur yang memiliki berlimpah kearifan lokal," ungkapnya seraya mencontohkan, fenomena toleransi di kawasan Timur Indonesia, seperti di Fak-fak dan Ende patut menjadi best practice toleransi bagi masyarakat di Jawa.

Peserta pelatihan kepemimpinan Leimena Institute ini berasal dari beragam latar belakang dan wilayah seperti Sumatera Utara, Ambon, Sulawesi Utara, Surabaya dan Papua. Beberapa diantara mereka adalah pendeta, pengurus gereja, pengajar, dosen, aktifis LSM dan juga anggota DPRD.

Para peserta hadir di Jakarta guna mengeyam pendidikan kepemimpinan dan kebangsaan selama kurang lebih lima hari. Kunjungan di Maarif Institute merupakan salah satu materi ajar yang ditujukan menjadi ajang dialog dan membuka jaringan kerja.

Wacana tentang kerjasama antar-agama memang menjadi tema sentral dalam forum ini. Salah satu peserta dari kabupaten Karo, Pendeta Jetra Sembiring mengungkapkan pentingnya kerjasama Muslim-Kristen.

"Kerjasama itu bisa terjadi dalam banyak kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti antara gereja dengan Maarif Institute. Melalui itu, dialog Muslim-Kristen tak hanya menjadi wacana namun telah menjadi praktik," katanya.

Dalam kesempatan itu, Maarif institute juga menyampaikan beberapa program unggulan yang tengah digarap selama kurun waktu dua tahun terakhir. Salah satunya adalah disusunya indeks kota Islami.

"Melalui indeks ini, Maarif institute berpamrih besar untuk menemukan nilai-nilai universal Islam, termasuk didalamnya adalah nilai-nilai penghargaan pada perbedaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia dalam aspek yang lebih praktis, yang akan menjadi tolok ukur kehidupan Islami di Indonesia," demikian disampaikan Ahmad Imam Mujadid Rais selaku penanggung jawab program tersebut. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA