Secara analogis, 33 figur terbaik yang menjadi pilihan Presiden Jokowi ibarat 300 ksatria Spartan yang dikirim menghadang invasi tentara Persia. Dengan analogi urusan dan hubungan internasional yang sangat kompleks dalam konteks global serta tuntutan domestik yang juga amat tinggi, 33 calon Dubes kita pastinya juga adalah para petarung". Sama seperti prajurit Spartan dalam the 300.
Mereka bukan lagi sekadar
ambassador extraordinary and plenipotentiary, envoy, hulubalang,
soldier, atau
dignitary asing. 33 calon ini adalah ksatria petarung yang tak akan berhenti memperjuangkan kepentingan strategis kita. Bukan tanpa alasan saya mengambil tamsil Spartan, sebab kita menghendaki agar kegigihan perjuangan 300 ksatria Spartan dapat menjadi refleksi.
Rodrigo Tavares, dalam salah satu ulasannya di
"Foreign Policy Goes Local", Journal Foreign Affairs (2013) menyebut bahwa kini saatnya diplomasi beradaptasi dengan lingkungan baru. Kedutaan Besar bukan lagi satu-satunya pemilik informasi. Tavares bahkan berani bertaruh bahwa kini lebih banyak
private intelligence firms,
think tank, LSM atau
network yang memiliki akses lebih baik terhadap sumber informasi daripada diplomat berpengalaman.
Bagi 33
envoy baru kita, atmosfir diplomasi telah berubah 180 derajat. Dunia diplomasi tak lagi diwarnai interaksi komunitas diplomatik
an sich, tetapi juga aktivis lintas negara yang kini disebut
paradiplomacy. Mereka bisa berasal dari dunia bisnis, akademik, analis, pekerja, jurnalis, dan siswa sekalipun. Inilah
trooper baru yang berdiri di hadapan 33 orang kita. Sebuah geng baru yang bisa menjadi saingan dalam melaksanakan tugas, namun juga dapat dikapitalisasi sebagai mitra kerja (
counterpart). Â
Untuk selalu relevan, diplomasi mesti dibawa ke kegiatan strategis yang membumi. Pasar, eskpor, investasi,
influence, image, dan
leverage adalah peta jalan para Dubes. Konstituen domestik hanya melihat keberhasilan mewujudkan
direct impact ataupun
tangible result pada kehidupan mereka sebagai takaran keberhasilan pelaksanaan tugas para envoy kita. Meminjam istilah Tavares, "
ceremonial diplomacy for immediate results!"Â
Para calon Dubes baru itu memang masih harus melewati
fit and proper test di Komisi 1 DPR-RI. Publik berharap, komitmen dan presentasi para calon Dubes di depan Komisi 1 tidak akan jauh dari kepentingan umum. Hal itu yang akan dipastikan berlaku oleh para Wakil Rakyat. Poin itu pula yang akan diyakinkan oleh ke-33
envoy kita di hadapan panel
test. Â
Jalan panjang di depan memang tidak mudah bagi 33 calon Dubes RI. Itu sebabnya Presiden Joko Widodo memilih Anda. Tidak sekadar untuk menjadi wakilnya di negara akreditasi. Tetapi sekaligus sebagai "petarung" beliau. Seperti kata William Brandt, diperankan Jeremy Renner dalam Mission Impossible: Rogue Nation, "
desperate measures, require extreme measures".
Penulis adalah analis-kolumnis situasi internasional dan domestik. Saat ini sedang menetap di Jenewa. Bisa dihubungi pada akun Twitter @emteaedhir.
BERITA TERKAIT: