Menkeu: Belum Ada Tanda-tanda Harga Minyak Dunia akan Naik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Minggu, 02 Agustus 2015, 11:53 WIB
Menkeu: Belum Ada Tanda-tanda Harga Minyak Dunia akan Naik
bambang brodjonegoro/net
rmol news logo Harga minyak dunia yang rendah sekitar 50 dolar AS per barel menjadi salah satu faktor yang ikut menambah komoplikasi perekonomian global dan nasional.

Penurunan harga minyak terjadi karena sisi supply yang tetap tinggi sementara permintaan atau demand mengalami penurunan.

Demikian disampaikan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro beberapa waktu lalu ketika menggelar pertemuan dengan pimpinan media nasional di kediaman Jalan Widya Chandra, Jakarta, Jumat malam (31/7).

"Harga minyak rendah hanya bisa dijawab karena supply tinggi atau demand rendah. Saya tidak melihat peluang dalam waktu dekat ini harga minyak dunia akan naik," katanya lagi.

Supply minyak tinggi karena negara produsen minyak besar seperti Arab Saudi dan Rusia terus meningkatkan produksi. Begitu juga Amerika Serikat yang kini mengembangkan fracking atau shale oil.

Adapun organisasi pengekspor minyak dunia (OPEC) tidak mengeluarkan instruksi untuk memangkas produksi di tengah kelesuan ekonomi.

Bagi Indonesia ini membuat dilema baru karena harga komoditas selalu mengikuti harga minyak. Berarti harga minyak yang turun akan membuat harga komoditas dari Indonesia akan tetap rendah, yang artinya pendapatan negara dari sektor ekspor komoditas juga mengalami penurunan.

Perbaikan hubungan antara AS dan Iran diperkirakan akan membuat minyak Iran ikut membanjiri pasar. Ini artinya, di sisi supply minyak akan terus terjadi peningkatan.

Sebelumnya Menkeu Bambang mengatakan bahwa pelambatan atau pelemahan ekonomi global saat ini terjadi karena ada pergerakan menuju keseimbangan ekonomi baru. Sejauh ini, titik equilibrium itu kelihatannya belum tercapai.

Dia juga mengatakan, prediksi International Monetary Fund (IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan berada pada titik 3,3 persen adalah hal yang tidak jelek. Angka pertumbuhan sebesar ini menjanjikan perbaikan di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA