Penurunan harga minyak terjadi karena sisi
supply yang tetap tinggi sementara permintaan atau
demand mengalami penurunan.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro beberapa waktu lalu ketika menggelar pertemuan dengan pimpinan media nasional di kediaman Jalan Widya Chandra, Jakarta, Jumat malam (31/7).
"Harga minyak rendah hanya bisa dijawab karena
supply tinggi atau
demand rendah. Saya tidak melihat peluang dalam waktu dekat ini harga minyak dunia akan naik," katanya lagi.
Supply minyak tinggi karena negara produsen minyak besar seperti Arab Saudi dan Rusia terus meningkatkan produksi. Begitu juga Amerika Serikat yang kini mengembangkan
fracking atau
shale oil.
Adapun organisasi pengekspor minyak dunia (OPEC) tidak mengeluarkan instruksi untuk memangkas produksi di tengah kelesuan ekonomi.
Bagi Indonesia ini membuat dilema baru karena harga komoditas selalu mengikuti harga minyak. Berarti harga minyak yang turun akan membuat harga komoditas dari Indonesia akan tetap rendah, yang artinya pendapatan negara dari sektor ekspor komoditas juga mengalami penurunan.
Perbaikan hubungan antara AS dan Iran diperkirakan akan membuat minyak Iran ikut membanjiri pasar. Ini artinya, di sisi
supply minyak akan terus terjadi peningkatan.
Sebelumnya Menkeu Bambang mengatakan bahwa pelambatan atau pelemahan ekonomi global saat ini terjadi karena ada pergerakan menuju keseimbangan ekonomi baru. Sejauh ini, titik
equilibrium itu kelihatannya belum tercapai.
Dia juga mengatakan, prediksi International Monetary Fund (IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan berada pada titik 3,3 persen adalah hal yang tidak jelek. Angka pertumbuhan sebesar ini menjanjikan perbaikan di sejumlah negara, termasuk di Indonesia.
[dem]
BERITA TERKAIT: