Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Semarakkan Bulan Ramadhan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-sulton-fatoni-5'>MUHAMMAD SULTON FATONI</a>
OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI
  • Kamis, 25 Juni 2015, 22:49 WIB
BULAN Ramadhan bagi muslim Indonesia tak sekedar puasa dan tarawih. Masih banyak ibadah sunnah di luar keduanya yang sudah mentradisi.

Meski banyak ragam tetap saja menarik seorang muslim untuk tergerak malaksanakannya. Ragam ibadah yang mentradisi itu  telah jadi menu kebutuhan yang selalu dipenuhi di bulan Ramadhan.

Ramadhan memang telah menyajikan ragam ibadah yang komplit dan mampu menarik keterlibatan semua orang, dari anak-anak hingga usia lanjut. Ibadah wajib, namun terselenggara dengan perasaan sukacita. Padahal terjadi perubahan pola hidup yang cukup ekstrem dalam kesehariannya. Begitu ekstremnya hingga ada klausul, "jika kelupaan makan atau makan itu tetap sah untuk melanjutkan puasa."  

Hiruk pikuk ibadah Ramadhan itu cermin antusiasme muslim Indonesia. Suasana ini menyenangkan mengingat gairah beribadah tetap terjaga.

Hanya saja sebagai makhluk sosial, persoalan religiusitas seringkali diiringi oleh motif keduniaan. Dari motif yang paling remeh hingga yang paling serius. Misalnya tetangga teman yang salat tarawih karena melihat tetangga samping rumahnya yang tarawih. Ada juga salat tarawih karena ia harus menemani Bos-nya yang selalu tarawih.

Lalu apakah motif-motif keduniaan itu mempengaruhi ketulusan dan keikhlasan ibadah seseorang? Bukankah hiruk pikuk ini berpotensi mendistorsi nilai ibadah?

Tak perlu kuatir. Para ulama fiqh memberikan jurus jitu agar tidak terjadi distorsi. Pertama, 'niat', yaitu bermaksud sesuatu bersamaan saat melakukan. Contoh, niat puasa pun spesifik, "saya niat puasa Ramadhan esok hari, ada', karena Allah." Kalimat "karena Allah (lillahi ta'ala) itu kunci menjaga ketulusan.

Jurus kedua, 'doa'. Saat buka puasa Ramadhan, para ulama menganjurkan sebelum buka puasa membaca doa, "Ya Allah, untukMu aku puasa, untukMu aku beriman, dan untukMu aku berbuka."

Niat dan doa itu jurus ampuh menjaga nilai ibadah. Karena itu tak ada alasan untuk tidak menyemarakkan bulan Ramadhan dengan berbagai ragam ibadah di dalamnya.

*penulis adalah Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA