"Ini situasinya beda, yang dihadapi juga beda," kata Koordinator Petisi 28, Haris Rusly, dalam keterangan beberapa saat lalu (Rabu, 20/5).
Haris menegaskan, meski ada seribu kali dialog antara elit dan birokrat mahasiswa dengan Presiden Joko Widodo, namun ternyata keadaan semakin buruk. Dan meskipun, seribu kali dilakukan antara serikat buruh dilakukan dengan Presiden, tetap saja upah tak naik-naik di tengah kenaikan harga-harga dan biaya hidup.
"Dialog menjadi senjata makan tuan dan bumerang," ungkapnya.
Haris menegaskan, boleh saja dialog dilakukan. Namun dengan keadaan ekonomi yang semakin terpuruk, maka pada waktunya tetap meledak.
"Kayak gunung meledak meluapkan amarahnya," ungkapnya.
Apalagi, lanjut Haris, bila berdialog dengan seorang Presiden yang hanya bisa manggut-manggut, tak memberikan respon balik atas masalah yang disampaikan.
"Apalah gunanya berdialog, jika tak ada diskusi," ungkap Haris.
[ysa]
BERITA TERKAIT: