Demikian disampaikan ekonom Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Selasa, 18/5).
Selain ekonomi melambat, Salamuddin mencatat ekspor juga turun. Nilai ekspor per Januari-Maret 2015 mencapai 39,13 miliar dolar AS atau turun 11,67 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2014. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai 33,43 miliar dolar AS atau turun 8,23 persen. Di saat yang sama, per Maret, impor meningkar sebesar 12,58 miliar dolar AS, atau naik 9,29 persen dibanding impor Februari 2015 dan turun 13,39 persen jika dibanding impor Maret 2014.
Selain itu, ungkap Salamuddin, impor migas meningkat sebesar 2,27 miliar dolar AS, atau naik 31,89 persen disbanding Februari 2015 sebesar ,72 miliar dolar AS. Sementara nilai ekspor Indonesia per Maret 2015 mencapai 13,71 miliar dolar AS, atau turun 9,75 persen.
Selain itu, lanjut Salamuddin, nilai tukar petani per April menuru 1,37 persen dibanding Maret 2015. Sedangkan inflasi naik sebesar 0,36 persen per April akibat kenaikan indeks pada komponen inti 0,24 persen, komponen yang harganya diatur pemerintah 1,88 persen. Sementara nilai tukar rupiah merosot, hingag Rp 13.202 per dolar AS.
Bahkan, lanjut Salamuddin, cadangan devisa terkuras dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut akibat peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah. Sementara realisasi penerimaan pajak menurun 5,63 persen, dari Rp 210,057.05 triliun Maret 2014, menjadi Rp 198,226.53 triliun Meret 2015.
"Lalu apa manfaat Jokowi dipertahankan?" demikian Salamuddin.
[ysa]
BERITA TERKAIT: