Demikian disampaikan pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi. Ari pun memberi contoh berupa kenaikan bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik serta naiknya harga-harga kebutuhan. Ini merupakan paramater untuk mengukur kinerja menteri.
Akibat kinerja yang kurang moncer, masyarakat yang memilih Jokowi-JK pun menjadi jengah karena janji-janji kampanye mulai meleset satu persatu.
"Ibarat di pertandingan sepakbola dulu dijanjikan menang dengan skor besar. Ternyata sekarang malah kerap kebobolan gol dan tanda-tanda kekalahan sudah di ambang mata," jelas Ari Junaedi, yang juga dosen di Program S2 Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (9/4).
Ari juga menilai miss-manajemen kerap dialami pemerintahan Jokowi-JK selama lima bulan terakhir ini. Maka tak heran hal tersebut mengundang usulan perlunya dilakukan perombakkan kabinet.
"Terjadinya miss-manajemen di pemerintahan Jokowi-JK lebih disebabkan tidak adanya dirigen tunggal. Antara Jokowi dan JK jalan sendiri-sendiri, serta para menterinya juga cari selamat dan selalu ingin narsis di media massa," demikian Ari.
[ysa]
BERITA TERKAIT: