"Presiden dan Wakil Presiden bisa saja berkoordinasi soal
reshuffle. Tetapi yang mengatakan
reshuffle kepada publik itu ya Presiden," kata gurubesar ilmu hukum Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Ssep Warlan Yusuf, kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Rabu, 8/4).
Pernyataan Asep ini terkait dengan wacana saling menegasikan antara Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Andi mengatakan dalam waktu dekat ini akan ada
reshuffle, sementara JK mengatakan tidak akan ada
reshuffle.
Di luar konteks saling bantah itu, Asep juga menilai JK memang tidak sensitif pada aspirasi rakyat yang berkembang. Rakyat sudah mau ada perubahan di level menteri, karena selama pemerintahan ini berjalan, bukan kesejahteraan yang didapat melaikan kesusahan-kesusahan baru dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), listrik dan gas.
"Dan memang faktanya, banyak menteri yang tidak berkualiatas," ungkap Asep.
Asep sendiri menilai, idealnya
reshuffle dilakukan sebelum bulan Juli atau Agustus. Sebab bulan itu biasanya sudah membahas lagi APBN Perubahan.
[ysa]
BERITA TERKAIT: