Kasus Darya, seperti halnya kasus Mahjouba, terjadi di kamp Tindouf di Aljazair yang dikuasai kelompok Polisario.
Darya disekap oleh keluarganya dan Polisario agar tidak kembali ke Tenerif, Kepulauan Kanari, tempat dia menetap sejak 2001 lalu.
Darya tadinya adalah salah satu aset Polisario. Dia berkunjung ke Kepulauan Kanari pada tahun 2001 sebagai bagian dari propaganda Polisario yang diberi judul liburan dalam damai.
Pada bulan Januari 2014 ia berkunjung ke Tindouf untuk bertemu keluarganya. Saat hendak kembali ke Spanyol untuk melanjutkan pendidikan tinggi, ia dilarang pergi.
Dewan Kota Tenerif dilaporkan sudah meminta agar Polisario membebaskan Darya. Sementara sebuah petisi online berjudul "Free Darya" juga sudah diluncurkan.
Asosiasi untuk Promosi Kebebasan Dasar (APLF) dari Prancis juga mengecam penyekapan Darya itu. Dalam pernyataan yang dikirimkan ke
Maghreb Arab Press, Wakil Presiden APLF Christophe Boutin mengecam penyekapan yang melibatkan Polisario itu.
APLF juga mempertanyakan tanggung jawab Aljazair berkaitan dengan pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah hukum negara itu.
Boutin mendesak Polisario memberikan kemerdekaan kepada DArya untuk meninggalkan kamp Tindouf dan berharap UNHCR mengunjungi keluarga Darya.
[dem]
BERITA TERKAIT: