Kepala Lembaga Demografi UniÂÂversitas Indonesia Sony Harry Harmadi mengatakan, guÂna menÂÂceÂgah ledakan pertumÂbuhan penÂduduk, pemerintahan menÂdaÂtang perlu melakukan perÂbaikan straÂtegi program KB.
“PerÂbaikan strategi KB itu diÂmuÂlai dari meÂngubah paradigma keÂseÂhatan jadi paradigma keÂluarÂga,†katanya di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 320 juta jiwa pada 2025. “Program KB yang telah diterapkan sejak era OrÂde Baru cukup baik dalam meÂneÂkan pertumbuhan penduÂduk. Namun, penerapan program KB untuk masa pendatang tidak efekÂtif lagi dengan paradigma keseÂhatan,†paparnya.
Dia menjelaskan, program KB pada masa mendatang tidak bisa lagi memaksa. Tapi menanamkan nilai-nilai pada masyarakat tenÂtang makna membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
“Paradigma kesehatan dalam program KB saat ini tidak tepat, tapi agar diperbaiki dengan mengÂÂÂÂgunakan paradigma keluarÂga,†kata Sony.
Dia juga menyarakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk dileÂbur ke dalam Kementerian KeÂpendudukan yang harus memÂbaÂngun program KB didasarkan pada kebutuhan masyarakat.
Guna memperbaiki paradigma pada program KB ini, saran Sony, harus ada sinergi kebijakÂan anÂtarkementerian di pemerinÂtahan mendatang. “Tidak boleh ada keÂbijakan yang bertentaÂngan. MiÂsalnya Jampersal, bisa diberiÂkan kepada peserta KB untuk kelaÂhiran anak pertama dan kedua saja,†katanya.
Sebelumnya, Menteri KoorÂdinator Bidang Kesejahteraan RakÂyat (Menko Kesra) Agung Laksono berharap kepada peÂmeÂrinÂtah baru agar dapat lebih meÂngembangkan kembali berÂbaÂgai program, khususnya terÂkait keÂpendudukan.
“Masalah kepenÂduÂdukan InÂdonesia ke depan akan bertamÂbah. Saat ini saja jumÂlah penduÂduk Indonesia berada di posisi ke-4 terbanyak didunia. Hal itu tentu akan menjaÂdi tantangan beÂrat di sektor pendiÂdikan dan peÂlayanan kesehatan kedepan,†kata politisi Golkar itu. ***
BERITA TERKAIT: