Sebagai wujud kemanusiaan, Tim Bantuan Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) siap berangkat ke dua wilayah tersebut untuk membantu korban.
"Jika tak ada aral melintang, Tim bantuan kemanusiaan akan berangkat besok atau Selasa dini hari," ujar Vice President ACT Imam Akbari di Jakarta (Minggu, 7/9).
Imam Akbari yang juga membawahi Direktorat Global Partnership Network (GPN) menjelaskan, bantuan kemanusiaan ACT akan difokuskan kepada ribuan korban yang selamat.
"Bisa dipastikan, akan terjadi gelombang pengungsian penduduk wilayah terdampak ke lokasi-lokasi yang aman. Tim data kami memperkirakan, tak kurang dari 25 ribu tenda dan 40 ribu selimut dibutuhkan untuk membantu korban selamat," terang Imam.
Seperti diberitakan, hasil luapan Sungai Sindh, Kashmir Tengah, akibat hujan deras selama 5 hari berturut-turut, berakibat banjir bandang terburuk selama 60 tahun terakhir. Global Partnership Network ACT merilis data per hari ini (Minggu, 7/9), setidaknya 200 orang ditemukan tewas akibat bencana tersebut.
Banjir berdampak pada setidaknya 2500 desa yang berada di wilayah-wilayah tersebut. 450 desa dilaporkan hancur disapu banjir. Infrastruktur publik seperti rumah, sawah, perkantoran, kebun dan sebagainya luluh lantak. Wilayah Jammu sendiri dilaporkan 1000 desa terdampak banjir.
Sekitar 50 jembatan hancur. Hal ini menyebabkan ratusan kilometer jalan dan instalasi listrik tak berfungsi. Asesment bantuan pun terpaksa menunggu banjir reda.
[dem]
BERITA TERKAIT: