Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Prof. Munir Mulkhan Dukung Jokowi-JK Terapkan Pendidikan Multikultural

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Kamis, 28 Agustus 2014, 13:42 WIB
Prof.  Munir Mulkhan Dukung Jokowi-JK Terapkan Pendidikan Multikultural
Abdul Munir Mulkhan
rmol news logo Semboyan bangsa Indonesia "Bhinneka Tunggal Ika" alias berbeda-beda tetapi satu jua sangat bagus. Namun sayang, motto tersebut selama ini tak menjadi sumber inspirasi pengembangan tata sosial, politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan.

"Selama ini Bhinneka Tunggal Ika hanya terkesan jargon," jelas Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Prof. Abdul Munir Mulkhan, saat dihubungi, (Kamis, 28/8).

Karena itu, penulis buku Revolusi Kesadaran ini mendukung komitmen Jokowi-JK akan memperjuangkan pembentukan kurikulum yang menjaga keseimbangan aspek muatan lokal (daerah) dan apek nasional dalam rangka membangun pemahaman yang hakiki terhadap ke-bhineka-an yang Tunggal Ika. Apalagi, pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih itu juga bertekad tidak akan memberlakukan lagi model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional-termasuk di dalamnya Ujian Akhir Nasional.

Menurut Prof. Munir Mulkhan, praktik pendidikan yang menggunakan model penyeragaman atau monokultur dengan mengabaikan keunikan dan pluralitas seperti yang selama ini dijalankan, memasung pertumbuhan pribadi kritis dan kreatif setiap anak didik.

Celakanya, kelak anak didik tersebut hanya memiliki jalan tunggal menjalani hidup kebangsaan hingga gagal mengatasi problem kehidupan yang kompleks dan terus berkembang. "Dimana persoalan sederhana mudah berkembang lebih kompleks akibat ditangani tidak proporsional," tegas tokoh Muhammadiyah, yang juga penulis buku Marhaenis-Muhammadiyah ini.

Karena itu dia mendorong pendidikan mulkultural harus digalakkan. Dalam sistem pendidikan multikultural, sekolah dan kelas dikelola sebagai suatu simulasi arena hidup nyata yang plural, terus berubah dan berkembang. Institusi sekolah dan kelas adalah wahana hidup dengan pemeran utama peserta didik di saat guru dan seluruh tenaga kependidikan berperan sebagai fasilitator.

"Pembelajaran dikelola sebagai dialog dan pengayaan pengalaman hidup unik, sehingga bisa tumbuh pengalaman dan kesadaran kolektif setiap warga dan peserta didik yang kelak menjadi dasar etika politik berbasis etika kewargaan," pungkasnya.

Dalam jumpa pers di kantor Setara Institute for Democracy and Peace, Jakarta, kemarin, budayawan Romo Benny Susetyo juga mendorong Jokowi-JK menerapkan pendidikan multikultural dengan mengedepankan kemajemukan bangsa. Karena itu, Dewan Penasehat Nasional Setara Institute ini mengusulkan, Menteri Pendidikan mendatang harus diemban orang yang tepat untuk menjalankan kurikulum multikultural tersebut. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA