Namun demikian ucapan selamat telah mengalir dari masyarakat dan elit secara nasional dan bahkan internasional. Negara-negara besar seperti AS pun, para pemimpinnya sudah memberikan ucapan selamat kepada Jokowi.
Tak pelak lagi, ucapan selamat di ruang publik kini menjadi makin luas terlepas apakah Jokowi resmi atau belum sebagai Presiden RI. Presiden SBY sendiri jelas masih efektif sebagai orang no 1 di Republik ini, sampai bulan Oktober yang akan datang.
Pengamat politik senior AS Hikam mengungkapkan itu terkait tudingan Rachmawati Soekarnoputri bahwa spanduk ucapan selamat kepada Jokowi sebagai Presiden terpilih merupakan upaya makar. Alasannya, selain hasil Pilpres KPU digugat ke MK, juga karena SBY masih menjabat Presiden sampai Oktober mendatang. (Baca
: Putri Bung Karno: Spanduk Ucapan Selamat ke Jokowi Upaya Makar)
"Sejatinya dinamika masyarakat dan politik seperti itu tidak harus disikapi dengan terlalu keras, seperti yang dilakukan oleh Rahmawati Soekarnoputri (RS) dan kelompoknya dalam Front Pelopor (FP)," jelas Hikam (Jumat, 1/8).
Menurutnya, kelompok Rahmawati bisa saja, dan sangat sah untuk tidak sependapat dengan pihak-pihak yang sudah memberi selamat atau bahkan merayakan hasil pengumuman KPU tersebut. (Baca:
Front Pelopor Ajak Masyarakat Turunkan Spanduk 'Jokowi Presiden Terpilih)
"Demikian pula kubu pemenang, saya rasa juga tidak melanggar aturan untuk menyambut putusan KPU tersebut, dengan catatan mereka juga tidak bisa mengklaim bahwa hal itu sudah final sebab faktanya masih sedang digugat," demikian Hikam.
[zul]
BERITA TERKAIT: