Lembaga survei seperti LSN, Puskaptis dan IRC selalu mengunggulkan Prabowo - Hatta. Sebaliknya lembaga seperti Charta Politika, Cyrus Network, CSIS, Polltracking, LSI, IPI, SMRC, LIPI, Alvara bahkan Litbang Kompas "menjagokan" duet Jokowi-JK.
"Semua mengklaim surveinya paling tepat dankredibel," kata ungkap pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ari Junaedi Senin (21/7).
Tapi, kata Ari, akhirnya waktu juga yang membuktikan, siapa yang prediksinya sahih dan mana yang asal-asalan atau abal-abal berdasarkan pesanan. Prediksi Charta tepat. Begitu juga dengan hasil hitung cepat yang dilansir lembaga survei seperti CSIS, Litbang Kompas, RRI, Cyrus, Indikator Politik Indonesia, LSI, Lingkaran Survei Indonesia, Polltracking dan Populi Center, tak jauh beda dengan hasil pantauan situs kawalpemilu.org serta real count KPU.
"Akhirnya publik pun terbuka matanya, mana lembaga survei yang kredibel dan tak kredibel," kata Ari.
Apalagi, kata Ari, setelah Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), melakukan audit dan menyatakan lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK dalam hitung cepatnya, tidak ada masalah dengan data serta metodologinya. Justru lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta, enggan diaudit.
Ini semakin membuat publik curiga. Kian dikuatkan lagi dengan real count KPU, dimana Jokowi-JK juga leading dalam perolehan suara, mengungguli Prabowo-Hatta dengan angka yang sebenarnya tak jauh beda dengan prediksi Charta maupun hasil quick count beberapa lembaga survei."Ini membuktikan, siapa yang abal-abal dan kredibel," kata dia.
Publik pun, pada akhirnya mengetahui lembaga survei mana yang menggadaikan kaidah ilmiah demi sebuah kepentingan politik atau iming-iming fulus dan lembaga yang taat terhadap kaidah ilmiah dalam surveinya.
"Jadi mana survei yang dikerjakan secara asal-asalan apalagi oleh lembaga jajak pendapat abal-abal, akhirnya diketahui sudah,"kata Ari.
Bila survei dikerjakan dengan benar, sesuai kaidah ilmiah, prediksinya akan mendekati kebenaran. Charta misalnya, memprediksikan keunggulan Jokowi-JK selisihnya antara rentang 4-8 persen, kini jadi kenyataan. Pun hasil quick count, diluar lembaga yang memenangkan Prabowo-Hatta, hasilnya tak jauh berbeda dengan hasil real count KPU.
Seperti diketahui, pada 8 Juli 2014, sehari menjelang pemilihan Presiden, Charta Politika, melansir survei terbarunya. Dalam sigi terbarunya, Charta memprediksikan Jokowi-Jusuf Kalla, bakal memenangi pemilihan Presiden. Saat itu, Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya memperkirakan Jokowi-JK bakal unggul dengan selisih 4 hingga 8 persen.
Dalam hasil surveinya, Charta mencatatkan elektabilitas Jokowi-JK mencapai 49,2 persen. Sementara Prabowo-Hatta hanya 45,1 persen. Sisanya 5,7 persen belum menentukan pilihan atau menjawab tidak tahu. Maka, jika prediksi Jokowi unggul dengan selisih 4 persen, hasil akhir kemungkinan 53 persenan. Prediksi itu, makin mendekati kenyataan.
Prediksi Charta pun tak meleset, Jokowi-JK selangkah lagi dipastikan keluar jadi pemenang. Apalagi kemudian dikuatkan dengan hasil quick count yang dilansir beberapa lembaga survei. Meski ada beberapa lembaga yang mengeluarkan hasil berbeda. Tapi, secara sebagian besar lembaga survei haqul yakin, Jokowi-JK bakal menang.
[zul]
BERITA TERKAIT: