"Secara terbuka, banyak tokoh dan kiai NU, tokoh Muhammadiyah, tokoh Persis, Al Washliyyah, Nahdlatul Wathan, yang menjadi pendukung Prabowo-Hatta. Apakah mereka itu semua disebut Islam garis keras," jelas Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah DR. Saleh P. Daulay (Sabtu, 5/7).
Kelihatannya, Romo Magnis memiliki agenda tersendiri di dalam surat terbukanya itu. Dia menduga Romo Magnis sedang melakukan kampanye abu-abu, untuk tidak menyebut kampanye hitam terhadap pasangan Prabowo-Hatta. Tujuannya, untuk mengajak sebanyak mungkin orang memilih Jokowi-JK.
"Tentu tidak arif seorang tokoh agama menjelekkan seseorang untuk menggiring opini memilih yang lain. Politisi saja dinilai tidak baik jika melakukan hal seperti itu. Apalagi tokoh agama seperti Romo Magnis. Tentu hal ini betul-betul disesalkan," demikian Saleh, yang juga anggota DPR terpilih PAN dapil Sumut II.
Saleh juga kembali mengungkapkan pernyataan Magnis soal Amien Rais terkait perang Badar yang menurutnya
out of context. "Romo Magnis yang ahli Karl Marx, Komunis, dan sosialis tidak sepatutnya memberikan penilaian negatif terhadap tokoh muslim moderat seperti Amien Rais," demikian Saleh. (Baca:
Romo Magnis Ahli Komunis, Wajar Keliru Artikan Perang Badar)
Dalam tulisan yang mulai tersebar sejak Rabu lalu itu, salah satu alasan menolak mendukung Prabowo karena Romo Magnis mengkhawatirkan lingkungan pendukung Prabowo. Dia heran, Prabowo sekarang sepertinya menjadi tumpuan pihak Islam garis keras. (Baca:
Ini Konteks Perang Badar Amien Rais yang Dipersoalkan Romo Magnis)
"Mengapa? Saya bertanya: Kalau Prabowo nanti menjadi presiden karena dukungan pihak-pihak garis keras itu: Bukankah akan tiba
pay-back-time, bukankah akan tiba saatnya di mana ia harus bayar kembali hutang itu? Bukankah rangkulan itu berarti bahwa Prabowo sudah tersandera oleh kelompok-kelompok garis keras itu?" ungkap Romo Magnis mempertanyakan.
[zul]
BERITA TERKAIT: